Hitler berpendapat, perang di wilayah pantai pelabuhan itu hanya akan merugikan kekuatan Jerman sebelum menghadapi perang selanjutnya.
Nyatanya, motif tersebut sudah lebih dulu dibantah oleh Jenderal Guderian, yang tak lain arsitek perang tank nomor satu Jerman yang sangat disegani.
Motif lain dinilai sebagai motif politik. Bagaimana pun juga, Hitler menganggap bangsa Inggris itu sebangsa—dalam arti ras—dengan Jerman, yaitu sama-sama bangsa Germanic. Hitler merasa lebih dekat dengan Inggris ketimbang Rusia, bangsa Slavonic yang dianggapnya lebih rendah dari Germanic.
Besar kemungkinan, atas pandangan itu, Hitler sengaja membiarkan Inggris lolos di Dunkirk supaya tidak terlampau kehilangan muka dan mau berdamai dengan Jerman. Jika perdamaian itu terjadi, Hitler kelak bisa memusatkan segenap kekuatan Jerman untuk menghajar Soviet Rusia.
Motif selanjutnya adalah keinginan Hitler untuk benar-benar berdamai dengan Inggris. Diam-diam, Hitler mengagumi Inggris dan kelanjutan negara kerajaan itu dianggap sangat perlu. Keruntuhan Inggris dinilai akan merusak keseimbangan dunia.
Toh, dari motif itu Hitler berharap Inggris memahami sikapnya, yaitu mau mengerti dan bahkan mengakui kedudukan Jerman di dataran Eropa. Nyatanya memang, sejak awal Hitler mencaplok Polandia pada September 1939 atau beberapa bulan sebelum kejadian Dunkirk, Inggris sudah memberikan sinyal tidak menyukai gaya Hitler.
Terakhir, motif yang paling memungkinkan adalah Hitler memberi kesempatan Jenderal Herman Goering untuk berkiprah dalam pencaplokan Eropa Barat lewat bala tentara udaranya: Luftwaffe.
Ya, Goering, pimpinan tertinggi angkatan udara Jerman ini, disebut-sebut menghasut Hitler dengan rayuan, bahwa bila seluruh kemenangan Jerman saat itu hanya dicapai lewat angkatan darat (Wehrmacht), maka pamor Hitler bakal turun karenanya.
Untuk itu, saran Goering, biarkan pukulan terakhir di Dunkirk diserahkan kepada angkatan udara. Dunkirk bakal dihujani peluru dan bom dari udara.
Pembalasan sia-sia
Lepas dari semua motif itu, bala tentara Perancis dan Inggris nyatanya memang selamat.
Peristiwa selanjutnya yang paling mengharukan sekaligus gagah berani adalah evakuasi ratusan ribu tentara Perancis-Inggris. Cerita itu bakal ditayangkan dalam layar lebar berjudul "Dunkirk" pada akhir Juli ini.
Evakuasi 338.000 orang yang sebagian besar adalah tentara Inggris itu disebut-sebut dalam sejarah sebagai evakuasi paling menakjubkan. Peristiwa Dunkirk, bahkan mengalahkan kisah evakuasi tentara dalam perang lainnya, yaitu puluhan ribu tentara Jepang dalam Perang Pasifik.
Drama evakuasi ini dilakukan dengan mengerahkan seluruh kekuatan maritim Inggris, mulai dari kapal perang, kapal penumpang, kapal pesiar, sampai kapal nelayan.
Semua itu dikerahkan untuk memindahkan ratusan ribu manusia dalam tempo hanya beberapa hari di tengah suasana kalah perang dan ancaman peluru dan bom-bom dari pesawat-pesawat Luftwaffe, angkatan udara Jerman yang menakutkan.
Boleh jadi, demi memudahkan penyelamatan menyeberang, ratusan ribu tentara Inggris itu meninggalkan semua perlengkapan perangnya di daratan Dunkirk. Lalu, satu-satunya yang mereka bawa hanyalah nyawa untuk tiba dengan selamat di tanah Inggris.
Nyatanya, sebagian besar tentara itu berhasil selamat menyeberang ke Inggris. Kelak di kemudian hari tentara-tentara yang sengaja atau tidak sudah "diselamatkan" oleh Hitler itulah yang balik menghantam dan mengalahkan Jerman pada Perang Dunia Kedua di Eropa.
Apakah Hitler menyesal? Karena sejatinya,—seperti yang disebutkan oleh penulis sejarah perang Eropa; Chester Wilmot, bahwa kekalahan Hitler dan Jerman—itu justeru sudah dimulai di Dunkirk.
Pada 5 Juni 1940, Jerman memang akhirnya menguasai Dunkirk. Tapi buat apa? Musuhnya sudah selamat sampai di seberang dan bersiap menyusun kekuatan ulang untuk balik menghantam.
Ya, Dunkirk adalah "blunder" pertama Hitler menuju kekalahan Jerman oleh Sekutu....