Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bondhan Kresna W.
Psikolog

Psikolog dan penulis freelance, tertarik pada dunia psikologi pendidikan dan psikologi organisasi. Menjadi Associate Member Centre for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada (2009-2011), konselor psikologi di Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso” Yogyakarta (2010-2011).Sedang berusaha menyelesaikan kurikulum dan membangun taman anak yang berkualitas dan terjangkau untuk semua anak bangsa. Bisa dihubungi di bondee.wijaya@gmail.com. Buku yang pernah diterbitkan bisa dilihat di goo.gl/bH3nx4 

Media Sosial dan Adu Domba, Mengapa Kita Mudah Terpengaruh?

Kompas.com - 26/02/2018, 07:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Ternyata masing-masing kelompok saling menguatkan perannya di antara mereka dan bermusuhan satu sama lain, meski yg membedakan mereka hanya seragamnya! Belum ada seminggu eksperimen ini dibubarkan karena mulai dianggap membahayakan. Kata Pak Zimbardo “para peserta terlalu menghayati perannya.”

Masih ingat kan? Sejak pilpres 2014 sampai sekarang di 2018, di media sosial selalu ada isu yang membelah pendapat jamaah Facebook, Whatsapp, Twitter, dan lain-lain. Satu pro, satu kontra. Kebanyakan termakan isu dan saling gontok-gontokan. Tinggal dipakaikan “seragam” yang berbeda, ketika ada isu, aturlah narasi supaya satu kelompok pro, satu kelompok kontra.

Posting. Blar! Langsung terbentuk dua kubu, yang kurang kuat mentalnya akan langsung terseret emosinya dalam arus isu. Bisa-bisa masing-masing saling membenci orang yang sama sekali tidak dikenalnya sampai ubun-ubun. Ada dua faktor yang mempengaruhi.

Pertama faktor lingkungan, misalnya yang sering terjadi di stadion sepakbola, apabila disulut, bentrokan antar suporter lebih mudah terjadi karena masing-masing memakai jersey yang berbeda sehingga stadion terbagi menjadi dua kelompok.

Sekali waktu boleh dicoba, misalnya ketika Persija (oranye) sedang bertanding dengan Persib (biru), semua penonton diwajibkan memakai baju bebas dengan warna yang sama yang bukan seragam klubnya, dan bukan pula warna klubnya, misalnya putih. Mereka akan kesulitan untuk bentrok.

Selain faktor lingkungan seperti seragam, yang kedua secara  individu kita terprovokasi karena memang pada dasarnya sebagian dari kita lebih gampang diprovokasi. Menurut saya, tingkat pendidikan tidak berkorelasi dengan sulit atau mudahnya orang diprovokasi. Kecerdasan atau regulasi emosi yang semestinya dijadikan ukuran, dugaan saya, semakin tinggi tingkat kecerdasan emosinya, semakin susah orang untuk diprovokasi.

Massa demonstran di jalanan masih bisa dibubarkan. Tapi massa di Facebook? Whatsapp? Bagaimana caranya? Memang tidak mudah, tapi bisa. Cobalah sekali waktu untuk mengurangi screen time Anda, berapa lama mata ada di depan layar smartphone dalam sehari?

Kurangi, dan jangan mudah percaya. Lebih baik Anda ngobrol langsung tatap muka dengan orang yang berbeda pendapat dengan Anda, jangan lewat media sosial. Karena efeknya sangat jauh berbeda. Terakhir jangan malas untuk mengklarifikasi.

Kemalasan kita bisa menghancurkan kedamaian dan kerukunan yang sudah berabad-abad dipelihara di negeri ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com