Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bondhan Kresna W.
Psikolog

Psikolog dan penulis freelance, tertarik pada dunia psikologi pendidikan dan psikologi organisasi. Menjadi Associate Member Centre for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada (2009-2011), konselor psikologi di Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso” Yogyakarta (2010-2011).Sedang berusaha menyelesaikan kurikulum dan membangun taman anak yang berkualitas dan terjangkau untuk semua anak bangsa. Bisa dihubungi di bondee.wijaya@gmail.com. Buku yang pernah diterbitkan bisa dilihat di goo.gl/bH3nx4 

Cara Berpikir Dominan Otak Kanan-Kiri Hoaks?

Kompas.com - 05/03/2018, 08:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Demikian yang dikatakan Stephen M. Kosslyn, Ph.D, profesor psikologi dari Harvard University.

Kita mungkin sudah sering mendengar, ada seseorang mengatakan “Wah saya punya kecenderungan otak kanan nih” yang artinya dia orang yang kreatif, imajinatif. Atau orang lain yang cenderung punya cara berpikir verbal, logis, sistematis dianggap punya kecenderungan berpikir dengan otak kiri. Ketika ditanya darimana istilah itu berasal.

Biasanya karena sudah banyak yang bilang dan banyak pula artikel yang sudah memaparkannya. Bahkan saya ketika masih mahasiswa sarjana di fakultas psikologi percaya saja tanpa mendalami lebih jauh penelitian yang mendasari pengetahuan tersebut.

Kosslyn mengatakan dikotomi atau pemisahan belahan otak (hemisphere) yang dominan antara kiri (logis, analitis, sistematis) dan kanan (kreatif, intuitif, emosional) merupakan misinterpretasi dari sebuah penelitian neurosains.

Misinterpretasi ini nyemplung dalam budaya populer karena kecenderungan manusia yang memang menyukai kategorisasi. Kemudian dimanfaatkan oleh orang-orang yang cari untung melalui tes dan semacamnya.

Saya kemudian penasaran dan mengecek ke google. Hasil pencarian “otak kiri-otak kanan” yang muncul dari atas sampai bawah situs-situs mengenai tes otak kiri-kanan tanpa ada pemaparan ilmiah yang memuaskan saya.

Saya coba kata kunci lain “right – left brain thinker” yang muncul artikel-artikel yang memperjelas bahwa konsep ini ternyata juga sama saja. Saya tidak langsung percaya, saya coba masuk di www.apa.org. Situs resmi American Psychologycal Association. Tidak ada hasil. Yang muncul malah artikel “No such thing as ‘right-brained’ or ‘left-brained,’ new research finds.”

Saya cari di indeks pencarian jurnal yang lebih umum tapi terpercaya www.sparrho.com. Sama saja tanpa hasil. Jangan-jangan memang benar ya? Kita selama ini mempercayai hoax?

Berawal dari seri penelitian dari tahun 1960-an yang dilakukan oleh seorang neuroscientist bernama Roger Sperry, neurolog dari California Institute of Technology dan mahasiswanya Michael Gazzaniga.

Sperry dan Gazzaniga meneliti seorang pasien epilepsi yang terus menerus kejang, dokter yang angkat tangan dan menyerahkannya kepada kedua neurolog ini. Sperry lalu memotong corpus callosum, yang merupakan jaringan saraf terbesar yang menjembatani otak belahan kanan dan kiri.

Yang terjadi kemudian sang pasien berhenti mengalami kejang-kejang. Sperry kemudian menyimpulkan bahwa otak tidak hanya punya fungsi kognitif, tapi juga punya fungsi kontrol motorik. Berdasarkan temuan ini, Sperry dan Gazzaniga ingin meneliti lebih jauh mengenai perbedaan dan fungsi otak kiri dan otak kanan.

Pada penelitian lanjutan pada beberapa pasien yang memiliki gangguan neurologi, disimpulkan bahwa ada bagian dalam otak belahan kiri yang berfungsi sebagai “The Interpreter”, penerjemah.

Menerjemahkan aktivitas yang berlangsung di otak belahan kanan. Kesimpulan yang lain, peneliti menyatakan bahwa kedua belahan otak punya peran masing-masing dalam fungsi kognitif.

Dalam satu waktu, bisa jadi belahan otak yang satu lebih banyak terlihat aktivitas dibandingkan belahan otak yang lain. Tapi tidak ada bukti yang mengatakan bahwa proses ini berdiri sendiri. Bisa jadi aktivitas berjalan dari belahan otak kanan ke kiri. Maupun sebaliknya.

Tidak ada pula bukti bahwa tiap individu memiliki kecenderungan dominan otak kiri atau kanan. Tiap individu bisa saja satu waktu dominan kanan, waktu yang lain dominan kiri dalam aktivitas kognitifnya dan tidak ada bukti meyakinkan yang menyatakan bahwa aktivitas kognitif itu “kreativitas”, “imajinasi”, atau “logika matematika”.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com