Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bondhan Kresna W.
Psikolog

Psikolog dan penulis freelance, tertarik pada dunia psikologi pendidikan dan psikologi organisasi. Menjadi Associate Member Centre for Public Mental Health, Universitas Gadjah Mada (2009-2011), konselor psikologi di Panti Sosial Tresna Wredha “Abiyoso” Yogyakarta (2010-2011).Sedang berusaha menyelesaikan kurikulum dan membangun taman anak yang berkualitas dan terjangkau untuk semua anak bangsa. Bisa dihubungi di bondee.wijaya@gmail.com. Buku yang pernah diterbitkan bisa dilihat di goo.gl/bH3nx4 

Seberapa Penting Membaca, Menulis, dan Menghitung bagi Anak?

Kompas.com - 12/03/2018, 08:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tapi kemudian apakah orangtua harus mengajarkan calistung sebelum masuk SD? Tunggu dulu. Kata kuncinya disini bukan “calistung”-nya tapi kata “harus”.

Menurut saya penuturan Pak Sudjarwo tadi tidak sepenuhnya salah. Anak akan mengalami hambatan apabila dipaksa belajar calistung. Lain ceritanya apabila anak sukarela, bahkan senang belajar calistung. Kuncinya adalah bagaimana “cara” mengajarkanya.

Saya kira belajar calistung yang menyenangkan tidak akan menimbulkan hambatan apapun, malah memberikan dampak positif. Lagi-lagi anak yang menjadi korban kebijakan pemerintah yang setengah-setengah. Di satu sisi melarang, tapi disisi lain materi belajar berkata sebaliknya.

Solusinya bagaimana? Mari kita cermati dulu dua teori psikologi perkembangan yang masih digunakan di dunia akademik sampai saat ini. Pertama teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget. Anak usia 2 sampai 7 tahun masuk tahap Pra-operasional. Pada tahap ini anak sudah mengenal simbol, penggunaan bahasa sudah lebih cepat berkembang.

Memori/ingatan dan imajinasi juga mulai berkembang cepat pada tahap ini. Namun pemikiran kognitif anak masih cenderung intuitif, belum mengenal konsep sebab-akibat atau konsep perbandingan secara mendalam. Kalau kita perhatikan dari teori ini, anak sejak usia 2 tahun sudah bisa diajarkan simbol-simbol. Membaca dan berhitung pada dasarnya adalah perkara pengenalan simbol.

Psikososial

Teori yang berikutnya adalah teori perkembangan psikososial oleh Erik Erikson. Dari 8 tahap perkembangan Erikson. Anak usia 3 hingga 5 tahun masuk tahap ketiga Apa itu? Tahap ini menurut Erikson adalah tahap bermain (Play Age). Sebaiknya anak “didampingi” untuk bermain, bukan “disuruh/dipaksa”.

Anak pada tahap ini secara aktif punya inisiatif sendiri untuk bermain, punya kehausan untuk mengerti dan mencoba segala sesuatu secara kreatif dan unik. Juga ketika berinteraksi dengan orang lain mereka akan penuh ingin tahu apa respon yang muncul dari orang lain. Perlu dicermati juga krisis psikososial yang bisa muncul yaitu “Initiative vs Guilt”.

Respon yang negatif dalam banyak cara seperti dimarahi, dihukum, dipaksa akan sangat mempengaruhi dan membentuk kepribadian anak.

Berdasarkan dua teori yang ada itu kita bisa simpulkan, anak usia 2 hingga 7 tahun sudah bisa diajarkan calistung. Mereka akan cepat menangkap dan mempelajarinya. Tapi harus diperhatikan juga cara mengajarnya. Pemaksaan kepada anak untuk belajar, bukannya bermain akan menimbulkan dampak yang serius bagi perkembangan kepribadian anak.

Apabila anak menolak, orangtua wajib menghentikan, karena belajar calistung dalam arti belajar di dalam ruang, duduk dengan tertib, menyimak, mendengar tanpa ribut, membuka buku, hanya untuk anak berusia 7 tahun atau lebih.

Jadi yang harus kita pikirkan berikutnya adalah bagaimana caranya bermain calistung yang tidak dibatasi tembok, anak bebas berlarian, berteriak, menanya, berganti topik dengan cepat tanpa diganggu hasrat dan target orangtuanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com