Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ki Hadjar Dewantara dan 'Guncangan' Pendidikan Era Industri 4.0

Kompas.com - 02/05/2018, 15:56 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 dan membutuhkan sumber daya manusia yang tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis saja.

"Dunia pendidikan sedang mengalami 'goncangan' menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0," ujar Rektor Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Dr. Ninok Leksono MA dalam konferensi pers menyambut Hari Pendidikan Nasional di Newsroom UMN, Rabu (2/5/2018).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia sebagaimana revolusi industri generasi pertama melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengangkat naik perekonomian secara dramatis. 

Berikutnya, pada revolusi industri generasi kedua ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik yang memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lainnya yang mengubah wajah dunia secara signifikan.

Baca Juga: Terobosan Pembelajaran Kolaboratif di UMN

Kemudian, revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan teknologi komputer, internet dan digital yang tidak saja mengubah dunia industri namun juga budaya dan habit generasi secara mendasar.

Wakil Rektor Bid.Akademik Hira Meidia, Rektor UMN Ninok Leksono, Wakil Rektor Bid.Administrasi Umum&Keuangan Andrey Andoko dalam diskusi menyambut Hari Pendidikan Nasional (2/5/2018)Dok. UMN Wakil Rektor Bid.Akademik Hira Meidia, Rektor UMN Ninok Leksono, Wakil Rektor Bid.Administrasi Umum&Keuangan Andrey Andoko dalam diskusi menyambut Hari Pendidikan Nasional (2/5/2018)

Distruptif teknologi

Revolusi industri generasi keempat ini ditandai dengan kemunculan komputer superkecerdasan buatan atau Intelegensi Artifisial.

“Akan banyak pekerjaan hilang digantikan dengan robot atau kecerdasan buatan. Namun juga menjadi peluang karena banyak bidang pekerjaan baru yang muncul,” papar Ninok.

Tantangan pendidikan  ke depan adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang tidak akan tergantikan dengan mesin tersebut, tambahnya.

Menghadapi tantangan tersebut, Wakil Rektor UMN Ir. Andrey Andoko menyampaikan pendidikan tinggi perlu mempersiapkan sumber daya yang memiliki kompetisi tersebut.

"Saat ini pekerjaan yang bersifat rutin dan harian sudah banyak diambil alih mesin. Ke depan pekerjaan yang masih belum bisa diambil alih oleh mesin dan robot adalah pekerjaan yang membutuhkan kemampuan dalam melakukan analisa, mengambil keputusan atau berkolaborasi," jelas Andrey.

Andrey menyampaikan ada beberapa kompetensi yang dibutuhkan mempersiapkan era industry 4.0 diantaranya adala kemampuan memecahkan masalah (problem solving), beradaptasi (adaptability), kolaborasi (collaboration), kepemimpinan (leadership), dan kreatifitas serta inovasi (creativity and innovation).

Generasi Digital

Karenanya, Ninok Leksono melihat pentingnya peran pendidik untuk mampu melahirkan peserta didik yang terus menjadi 'manusia pembelajar' atau long life learner.

Tentunya pola pendidikan era lama kini menjadi kurang relevan untuk diterapkan pada generasi zaman 'now' yang terkena dampak langsung distruptif teknologi.

"Dulu saya menganggap smart phone sebagai 'musuh'. Saya sempat memberlakukan peraturan untuk mengumpulkan seluruh smart phone mahasiswa selama mengajar karena saya menganggap akan menggangu," cerita Ketua Program Studi Komunikasi Strategis Inco Hary Perdana.

Namun rupanya, justru hal itu membuat para mahasiswa kehilangan semangatnya dalam belajar. "Seperti orang kehilangan belahan jiwa," kelakar Inco yang hendak menggambarkan sedemikian tidak terpisahkannya 'Generasi Z' dengan gadget.

Akhirnya, Inco justru menggunakan gadget tersebut sebagai media pembelajaran untuk para digital native ini.

Ternyata, mahasiswa justru mampu melakukan banyak eksplorasi pembelajaran. "Ada banyak hal yang justru generasi Z ini lebih banyak tahu dibanding saya," katanya.

Inco menggambarkan, jika dahulu generasinya memerlukan waktu 1 minggu untuk mengerjakan sebuah tugas kuliah multimedia, generasi zaman 'now' dengan media yang ada hanya memerlukan waktu setengah jam saja, ujar Inco.

Di sinilah kemudian dibutuhkan keberanian bagi para pendidik untuk berani merefleksikan kembali perannya di depan kelas.

Ketua Program Komunikasi Strategis Inco Hary Perdana menerangkan perlunya dosen merefleksikan kembali fungsinya sebagai pendidik saat berhadapan dengan generasi milenial.Dok. UMN Ketua Program Komunikasi Strategis Inco Hary Perdana menerangkan perlunya dosen merefleksikan kembali fungsinya sebagai pendidik saat berhadapan dengan generasi milenial.

Refleksi Ulang Ki Hadjar Dewantara

"Peran pendidik, dosen, kini dituntut tidak hanya bertugas 'transfer ilmu' di depan kelas," jelas Ninok mencoba merefleksikan kembali filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Di depan memberi panutan, di tengah memberi semangat dan di belakang mampu mendorong masih sangat relevan dalam pandangan Ninok. 

Tugas dosen tidak sebatas membuat mahasiswa menjadi pintar namun juga memberi motivasi, membangun karakter sehingga menjadi insan atau pribadi yang berintegritas.

Hal senada disampaikan Inco yang masih melihat peran pendidik masih sangat penting meski pengetahuan kini sudah bisa diakses dari banyak sumber. 

"Di era digital sekarang sudah tidak jaman lagi istilah 'dosen selalu benar'," kata Inco. Tugas dosen atau pendidik selain memberikan motivasi juga menjadi filter dari beragam literasi media yang ditemukan mahasiswa agar tidak mengarah pada hasil yang kontra produktif.

Dosen harus mampu melahirkan mahasiswa yang kreatif, inovatif, mampu menjawab tantangan dengan sumber-sumber yang kredible, sesuai aturan ilmiah dan juga menjunjung etika, tandasnya.

Dari sini diharapkan akan bermunculan generasi 'kekinian' yang mampu menjawab setiap tantangan yang muncul di eranya dengan berkarakter dan berintegritas. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Mengapa Sekolah Kedinasan Disarankan Tak Lagi Gratis dan Harus Tes CPNS?
Mengapa Sekolah Kedinasan Disarankan Tak Lagi Gratis dan Harus Tes CPNS?
Edu
Masih Ada Waktu Daftar Beasiswa LPDP Tahap 2 Tahun 2025, Mulai Kuliah Januari 2026
Masih Ada Waktu Daftar Beasiswa LPDP Tahap 2 Tahun 2025, Mulai Kuliah Januari 2026
Edu
Hari Ini Pengumuman Jalur Mandiri Undip 2025, Cek UKT dan Uang Pangkalnya
Hari Ini Pengumuman Jalur Mandiri Undip 2025, Cek UKT dan Uang Pangkalnya
Edu
Nge-DJ di Desa KKN, Mahasiswa UGM Sulap Hobi Jadi Sarana Pengabdian
Nge-DJ di Desa KKN, Mahasiswa UGM Sulap Hobi Jadi Sarana Pengabdian
Edu
Daftar Barang dan Kegiatan yang Dilarang Saat MPLS 2025
Daftar Barang dan Kegiatan yang Dilarang Saat MPLS 2025
Edu
Gedung A Multimedia Nusantara School Dirancang Ramah Lingkungan, Dipakai Pekan Depan
Gedung A Multimedia Nusantara School Dirancang Ramah Lingkungan, Dipakai Pekan Depan
Edu
Jadwal MPLS 2025 SD, SMP, SMA se-Indonesia, Mulai Hari Senin
Jadwal MPLS 2025 SD, SMP, SMA se-Indonesia, Mulai Hari Senin
Edu
Beasiswa Grab Indonesia 2025 Dibuka,  Cek Jadwal, Syarat dan Link Daftarnya
Beasiswa Grab Indonesia 2025 Dibuka, Cek Jadwal, Syarat dan Link Daftarnya
Edu
BSU 2025 Cair Bulan Juli, Bisa Cek Status lewat 3 Cara Ini
BSU 2025 Cair Bulan Juli, Bisa Cek Status lewat 3 Cara Ini
Edu
Jumlah Pustakawan Masih Kurang, Mendikdasmen Akan Koordinasikan Penambahan Prodi Perpustakaan
Jumlah Pustakawan Masih Kurang, Mendikdasmen Akan Koordinasikan Penambahan Prodi Perpustakaan
Edu
STIH Adhyaksa Raih Juara Umum Kompetisi Pengadilan Semu Tingkat Nasional Nasional
STIH Adhyaksa Raih Juara Umum Kompetisi Pengadilan Semu Tingkat Nasional Nasional
Edu
Seminar Nasional FSRD IKJ Dorong Partisipasi Masyarakat dalam Transformasi Seni dan Budaya Ruang Urban
Seminar Nasional FSRD IKJ Dorong Partisipasi Masyarakat dalam Transformasi Seni dan Budaya Ruang Urban
Edu
20 SMA Paling Berprestasi di Indonesia, Terbanyak di Semarang
20 SMA Paling Berprestasi di Indonesia, Terbanyak di Semarang
Edu
Cara Cek Hasil Seleksi SPMB Jakarta 2025, Klik spmb.jakarta.go.id
Cara Cek Hasil Seleksi SPMB Jakarta 2025, Klik spmb.jakarta.go.id
Edu
SPMB Jakarta 2025 Tutup Pukul 14.00, Cara Pilih Sekolah dan Cek Hasil Seleksi
SPMB Jakarta 2025 Tutup Pukul 14.00, Cara Pilih Sekolah dan Cek Hasil Seleksi
Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau