Presiden RI, Joko Widodo, meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk menemui para pendidik itu. Pertemuan berlangsung di Ossa de Vila, Mimika, Papua, Senin (23/4/2018).
“Mudah-mudahan para guru segera pulih dari trauma. Bapak Presiden menyampaikan simpatinya dan ikut prihatin dengan kasus ini,” katanya dalam siaran tertulis.
Ia berharap tidak terjadi lagi kasus kekerasan terhadap guru dan tenaga kependidikan dalam bentuk apa pun.
Trauma mengajar
Para guru Sekolah Dasar Inpres Arwanop disekap 30 orang bersenjata selama kurang lebih 45 menit.
Kelompok bersenjata melakukan tindak kekerasan dan merampas harta benda para guru.
“Pada saat disekap, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Disuruh duduk di lantai dan ditodong pakai senjata. Kita punya barang ada handphone, laptop, pakaian habis semua diambil orang itu,” ungkap salah satu korban yang tidak boleh disebutkan identitasnya.
Seluruh guru korban penyekapan mengalami trauma. Untuk itu, pemerintah segera mengupayakan pemulihan terhadap para korban melalui konseling dini.
“Dari kementerian akan ada penanganan khusus untuk guru-guru ini terutama untuk traumanya. Kami juga punya tim untuk penanganan kasus ini, termasuk konseling dini,” katanya.
Kemendikbud saat ini mempertimbangkan kelangsungan profesi para guru yang masih berstatus guru kontrak dan guru bantu.
Koordinasi lintas kementerian akan dilakukan untuk menentukan nasib delapan guru tersebut.
“Nanti saya akan laporkan kepada presiden. Mudah-mudahan presiden akan membuat sebuah keputusan yang menggembirakan,” katanya.
Kekerasan guru di Kampung Banti
Kekerasan dalam dunia pendidikan juga terjadi di SD Negeri Jagamin di Kampung Banti. Sekolah ini letaknya tak jauh dari Arwanop dibakar oleh kelompok bersenjata.
Seluruh Guru SD Negeri Jagamin dievakuasi agar tak menjadi korban kekerasan seperti para guru di Arwanop.
Tak kurang dari 380 siswa sekolah dasar dari SD Inpres Arwanop dan SD Negeri Jagamin tak lagi menerima layanan pendidikan karena gurunya diungsikan.
Ancaman kekerasan yang dialami para guru berdampak besar pada kelangsungan proses pembelajaran anak bangsa di tanah Papua.