KOMPAS.com - Era digital telah membuat anak-anak kini menjadi 'digital native' atau 'pribumi digital'. 'Penghuni asli dunia digital' ini kian sulit dipisahkan dari gawai mereka.
Sayangnya, ada banyak ekses negatif terbawa dari teknologi ini. Keterasingan sosial, konsumerisme hingga ketergantungan menjadi isu negatif dari disruptif teknologi.
"Era digital hampir semua anak tahu tentang gadget dan malah ada beberapa yang tidak bisa lepas dari gadget. Nah, jangan sampai anak anak saat ini hanya menjadi konsumen saja," ujar Adelia Permata Sari, Senior Trainer di Cody's Apps Academy Jakarta.
Mereka juga harus tahu cara berkarya dan membuat sesuatu dengan memanfaatkan teknologi. Salah satu caranya dengan belajar coding, tambahnya kepada Kompas.com.
Belajar coding? Anak-anak?
Ya, betul. Coding adalah 'bahasa pemrograman' digunakan untuk 'mengobrol' dengan komputer. Coding sangat berguna dalam membuat situs, aplikasi gawai, menganalisa data, membangun toko online, dan masih banyak lagi.
Baca juga: 7 Langkah Dukung Anak Jadi Peneliti
Saat ini coding sudah banyak dipelajari anak-anak di tingkat sekolah dasar.
"Mayoritas 60% siswa kursus kami justru belajar dari tingkat SD," kata Adel. Bahkan beberapa di antaranya siswa kelas 1 SD. Syarat minimal yang dibutuhkan adalah anak sudah mampu membaca dan menulis.
Tentunya pembelajaran coding ini akan disesuaikan dengan tingkat kemampuan anak.
Untuk dasar anak belajar algoritma dasar untuk membuat animasi sederhana. Kemudian, anak diajak untuk membawa karakter animasi tadi dalam games interaktif atau aplikasi sederhana.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.