Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

StuNed: Kembali untuk Berbakti Pada Negeri

Kompas.com - 20/05/2018, 21:40 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Tahun ini 55 mahasiswa Indonesia berprestasi mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi program Master di berbagai universitas ternama Belanda melalui program Beasiswa StuNed (Studeren in Nederland atau Studi di Belanda),

Beasiswa StuNed merupakan program beasiswa bilateral dari pemerintah Belanda untuk warga negara Indonesia.

Penerima program beasiswa StuNed merupakan individu terpilih yang berkomitment untuk meningkatkan sumber daya manusia dan kapasitas institusi, memperkuat kerjasama kedua negara, serta meningkatkan efektifitas program-program kerja yang berjalan. 

“Tahun akademik September 2018 ini, pelamar beasiswa StuNed bersaing ketat pada proses administrative assessment, competitive and excellence-based assessment. 55 kandidat unggul berhasil mendapatkan dukungan dari StuNed untuk melanjutkan program Master di sejumlah perguruan tinggi terkemuka di Belanda," jelas Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl.

Nuffic Neso Indonesia merupakan kantor perwakilan Nuffic, organisasi non profit Belanda yang ditunjuk resmi menangani kerja sama internasional di bidang pendidikan.

Penerima beasiswa StuNed tahun ini tidak hanya terpantau memiliki kualitas yang semakin tinggi namun juga dinilai lebih beragam dari sisi latar belakang profesi dan pilihan program studi, tambah Peter.

Hari ini (20/5/2018) penerima beasiswa Stuned berkumpul dalam acara "StuNed Awardee Welcoming Session". Nuffic Neso Indonesia memberikan pembekalan sekaligus mempertemukan penerima beasiswa StuNed 2018 dengan alumni StuNed angkatan terdahulu.

Baca juga: Mereka yang Menyebar Buku Hingga ke Pelosok Negeri

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai sesi perkenalan sekaligus memberikan pemahaman kepada penerima beasiswa tentang tujuan dari program StuNed, informasi terkait pendidikan tinggi di Belanda dan juga persiapan sebelum keberangkatan. 

Pada hari yang sama, Ikatan Alumni StuNed (I Am StuNed) juga sekaligus diresmikan sebagai wadah bagi alumni untuk berkontribusi dalam masyarakat dan memperkuat kesinambungan kerjasama antara Indonesia dan Belanda.

Melalui StuNed, lebih dari 4.500 warga negara Indonesia yang dinilai unggul telah menempuh studi di Belanda dalam kurun waktu 18 tahun sejak diresmikannya StuNed pada tahun 2000.

Berangkat dari StuNed yang telah mencetak lulusan terbaik maka para alumni StuNed sepakat untuk dapat memaksimalkan kontribusi kepada Indonesia dan juga mendorong Kerjasama bilateral yang lebih komperhensif antara Indonesia-Belanda.

Untuk mencapai tujuan tersebut, bersamaan dengan "StuNed Awardee Welcoming Session" telah diresmikan Ikatan Alumni StuNed atau I Am StuNed yang diharapkan menjadi wadah untuk menghubungkan, mengkomunikasikan, mengkolaborasikan, dan menyinergikan ide, potensi dan pemikiran alumni StuNed. 

"Hubungan Indonesia dan Belanda semakin kuat dan terus berkembang. Tidak ada lagi permasalahan masa lalu yang ada kita melihat kerjasama ke depan," jelas Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Azis Nurwahyudi yang turut hadir dalam acara ini. 

Tidak hanya pendidikan, kerjasama ekonomi antara pemerintah Indonesia dan Belanda sangat kuat. Kita memiliki banyak projek kerjasama dan sumber daya manusia juga kita saling mengembangkan, tambah Azis.

Kita juga patut berbangga karena saat ini Indonesia juga sudah tidak lagi tergantung pada banyaknya beasiswa. Ada banyak golongan menengah yang dengan biaya mereka sendiri melanjutkan studi mereka ke Belanda.

"Tidak hanya itu, Indonesia juga memberikan beasiswa kepada pemuda-pemudi Belanda melalui Kemlu, Kemenristekdikti maupun Kemendikbud. Jadi ini memang sudah saatnya Indonesia juga memberi. Tidak terus 'menengadahkan tangan'. Kita harusnya bangga," kata Azis menjelaskan hubungan bilateral Indonesia dan Belanda.

Ketua Ikatan Alumni StuNed Immanuel Hutasoit kepada Kompas.com menyampaikan penerima beasiswa ingin memberikan kontribusi untuk pembangunan di Indonesia.

"StuNed tidak pernah membuat perjanjian dan memaksa penerima beasiswa harus kembali pulang ke Indonesia. Namun dari data yang kami miliki, 95% alumni penerima beasiswa StuNed pasti kembali ke Indonesia untuk membaktikan ilmunya," ujar Immanuel.

Oleh karena itu, kami ingin bersinergi bersama untuk memberikan makna yang positif bagi kehidupan masyarakat Indonesia, tambah Immanuel.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Duta Besar Kerajaan Belanda Rob Swartbol dan Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro yang juga merupakan alumni pendidikan Belanda (Delft University of Technology) dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 1993-1998. Prof. Wardiman merupakan salah satu tokoh pendidikan nasional yang mendukung program StuNed dan pernah menjabat sebagai ketua komite pemilihan beasiswa StuNed. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com