Irwan Suhanda
Editor dan Penulis

Editor dan Penulis

Mulut, Cermin Hati dan Pikiran

Kompas.com - 16/06/2018, 10:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETIAP orang yang dilahirkan pasti memiliki mulut. Mulut adalah salah satu bagian pada tubuh manusia.  Mulut memiliki fungsi tersendiri yang berbeda dengan fungsi tubuh lainnya. Tidak ada bagian tubuh lain yang bisa menggantikan fungsi mulut selain mulut itu sendiri. Mulut memiliki peran dan kelebihan secara khusus.

Tetapi mulut bukan yang terpenting pada sebuah tubuh. Bagian tubuh lain pun memiliki kepentingan dan kelebihan tersendiri. Jadi setiap bagian tubuh saling menopang dan menjaga keseimbangan.

Apabila salah satu bagian tubuh tersakiti, maka bagian tubuh lain ikut merasakan. Apabila bagian tubuh tertentu melakukan tugasnya, maka bagian tubuh lainnya ikut mendukung.

Fungsi mulut

Fungsi utama mulut menjadi jalan masuknya makanan dan minuman ke dalam tubuh agar tubuh sehat dan kuat. Makan dan minum dilakukan setiap hari sesuai kebutuhan.

Selain itu, mulut pun berfungsi utama dalam berbicara. Berbicara di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Berbicara menjadi alat komunikasi antarmanusia dan alat pergaulan sehari-hari sebagai makhluk sosial.

Mulut yang dipakai untuk berbicara  berkaitan erat dengan hati dan pikiran. Luapan dari hati dan pikiran ini keluar berupa ucapan atau perkataan.

Mulut pun bisa mewakili hati yang sombong atau hati yang merendah. Ucapan atau perkataan ini ada yang sifatnya membangun ada pula yang sifatnya menjatuhkan. Ada yang manis ada pula yang pahit.

Ucapan positif dan negatif

Pernah mendengar orang mengeluh pada diri sendiri? ”Hadeuh, hidup kok makin lama makin susah aja!” atau “Pesaingnya berat, kayaknya aku gak mungkin lolos...” atau ada juga orangtua yang tega mengatakan pada anaknya begini,”Dasar anak bego! Tolol!”

Tanpa disadari ucapan mulut negatif ini sama dengan memupuk kutukan pada diri sendiri atau orang lain. Tetapi banyak orang terbiasa dengan mengucapkan kalimat negatif tersebut karena emosi, marah, dan rasa putus asa.

Sama halnya dengan ucapan atau perkataan bernada positif, misalnya, “Wah, luar biasa, kamu memang hebat!” atau memperkatakan pada diri sendiri: “Aku pasti berhasil! Orang lain bisa, aku pun pasti bisa!”

Ucapan positif seperti ini sama dengan memberikan harapan masa depan yang cerah.  Tanpa disadari bahwa  kata-kata yang keluar dari mulut sesungguhnya memiliki kuasa. Bukan mustahil ucapan tersebut bisa menjadi kenyataan.

Oleh karena itu, mulut yang baik adalah mulut yang memperkatakan hal-hal yang optimistis, membangun, dan penuh keyakinan.

Menjaga mulut

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau