KOMPAS.com - Anak 'zaman now' tidak sedikit yang sering terjaga hingga larut malam, alias begadang. Mulai dari mengerjakan tugas sekolah, browsing, atau sekedar bermain game, ini membuat mereka kekurangan waktu tidur.
Tidak sedikit di antara mereka yang ikut begadang menyaksikan pertandingan Piala Dunia 2018 yang tengah berlangsung.
Jika dilakukan sesekali saja mungkin hanya memberikan efek negatif jangka pendek seperti rasa kantuk di siang hari. Namun, apabila anak sering begadang dan ini menjadi sebuah kebiasaan, tentu memberikan efek yang buruk. Menurut laman Hello Sehat, salah satu bahaya yang mengintai adalah obesitas.
Jumlah tidur yang baik berdasarkan National Sleep Foundation untuk anak-anak usia 6-13 tahun adalah 9-11 jam, remaja usia 14-17 tahun adalah 8-10 jam, sedangkan untuk orang dewasa muda adalah 7-9 jam.
Pada penelitian yang dilakukan di Amerika, dari 97 responden yang berusia 12-18 tahun, 77 di antaranya mengaku tidur kurang dari 8 jam. Artinya, hampir 80% remaja mengalami kekurangan tidur. Kurangnya jumlah tidur berhubungan dengan teknologi yang semakin maju dan meningkatnya konsumsi minuman yang mengandung kafein.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Gupta di Amerika, dikatakan bahwa remaja yang mengalami obesitas cenderung memiliki waktu tidur yang sedikit. Didapatkan bahwa setiap 1 jam berkurangnya jam tidur, maka risiko obesitas meningkat hingga 80%.
Sedangkan pada penelitian di Taiwan yang dilakukan oleh Mei-Yen Chen terhadap 656 anak usia 13-18 tahun, didapatkan bahwa mereka yang mendapatkan tidur yang cukup memiliki risiko obesitas yang lebih kecil.
Baca juga: Menyeleksi Acara TV Saat Liburan Anak
Perubahan hormonal dan perilaku bertanggung jawab terhadap mekanisme kurangnya jumlah tidur mengakibatkan obesitas. Di dalam tubuh kita ada sebuah sistem yang mengatur rasa kenyang dan lapar. Sistem tersebut diatur oleh berbagai macam hormon yang dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu yang menekan rasa lapar (contohnya Leptin) dan yang meningkatkan rasa lapar (contohnya Ghrelin).
Kondisi kurang tidur ternyata dapat mengganggu keseimbangan hormon di mana hormon Ghrelin meningkat dan Leptin berkurang, sehingga nafsu makan dan berat badan pun meningkat. Kurang tidur juga memperlambat metabolisme sehingga semakin sedikit energi yang dipakai. Energi yang berlebihan akan diubah menjadi lemak dalam tubuh kita.
Selain faktor hormonal dan metabolisme tersebut, kurang tidur menyebabkan anak sering mengantuk dan mudah merasa lelah pada siang hari. Sering kali untuk melawan rasa kantuk itu kita mengkonsumsi kopi atau makan camilan untuk menambah tenaga. Jika hal ini menjadi kebiasaan, tentu akan menambah jumlah kalori harian yang kita makan.
Tentu hal yang paling penting adalah menambah jumlah tidur anak. Untuk anak-anak yang kurang tidur karena pekerjaan sekolah, terlalu banyak main game online atau menonton pertandingan sepak bola, harus diberikan edukasi supaya anak menghentikan kebiasaan tersebut dan mulai tidur lebih awal.
Ajarkan mereka manajemen waktu sehingga tidak perlu lagi begadang untuk mengerjakan pekerjaan sekolah, bermain game online atau menyaksikan pertandingan sepak bola.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.