JAKARTA, KOMPAS.com - Mata Nur Fitriana berbinar. Perempuan yang sehari-hari menjalankan profesinya sebagai guru kelas 5 Sekolah Dasar (SD) bertutur soal jembatan pada Jumat (29/6/2018) kepada media, salah satunya Kompas.com.
"Tiga sedotan yang disusun rapat dan kuat tanpa ada ruang yang memungkinkan udara masuk bisa menahan beban satu gelas kelereng," ujarnya.
"Ini prinsip membangun jembatan," imbuh guru SD Negeri Deresan, Yogyakarta itu.
Nur Fitriana menerangkan lagi. "Ambil tiga lembar koran lalu gulung sedemikian rupa," tuturnya.
Tiga gulungan koran tanpa menyisakan rongga udara itu terbukti bisa menahan delapan batu bata.
"Ini juga prinsip membangun jembatan," katanya dengan kesan penuh semangat.
Nur Fitriana baru saja pulang dari Amerika Serikat. Di sana, sejak 21 hingga 25 Juni 2018, lulusan D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Malang, Jawa Timur, pada 2005 itu termasuk dari sepuluh guru asal Indonesia pada program Honeywell Educators at Space Academy (HESA).
Lokasi pelaksanaan program garapan Honeywell Hometown Solutions yang merupakan badan tanggung jawal sosial perusahaan industri perangkat lunak itu dengan U.S. Space & Rocket Center (USSRC) berada di di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat.
Pada program itu, para guru, tak hanya dari Indonesia, mengikuti pelatihan dan aktivitas yang berfokus di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM).
"Ada 224 guru dari 35 negara dan juga 45 negara bagian Amerika telah mengikuti program ini mulai dari 13 – 26 Juni," kata Presiden Direktur PT Honeywell Indonesia Roy Kosasih.
Termasuk dalam Batch Keempat untuk Indonesia, pada program tersebut, selain Nur Fitriana ada juga partisipasi Guru MAN Insan Cendekia Provinsi Gorontalo Abdul Rahman, Guru SMKN 1 Bula, Bojonegoro, Jawa Timur Darum Budiarto, Guru SPK Bunda Mulia School Jakarta Faqih Al Adyan, Guru SDS Rhema En Cara, Sentul, Jawa Barat, Jessica Hostiadi, Guru Sekolah Tunas Daud Denpasar, Bali, Mega Lamita, dan Guru Sekolah Darma Yudha, Pekanbaru, Provinsi Riau, Mohammad Ridwan.
Lantas, ada pula Guru Sekolah Bogor Raya, Bogor, Jawa Barat, Rosdiana Akmal Nasution, Guru SMP Taruna Bakti, Kota Bandung, Widia Ayu Juhara, serta Guru SMP Negeri 5 Cilacap, Jawa Tengah, Warsono.
Banyak praktik
Nur Fitriana bercerita dirinya sempat jatuh bangun saat membuat kincir angin dari bahan-bahan bekas antara lain map dan plastik. Setelah berusaha berkali-kali, kincir angin itu jadi.
"Kincir itu bisa menghasilkan energi listrik," katanya.