KOMPAS.com - Data memiliki peranan sangat penting dalam era informasi saat ini. Seiiring meningkatnya peran data dalam segala aspek, kebutuhan sumber daya manusia handal untuk menganalisa dan mengolah data semakin meningkat.
"Ada yang mengatakan saat ini 'data is new oil'. Data menjadi 'harta karun' yang nilainya luar biasa karena dapat diolah dan menjadi informasi yang sangat berguna untuk mendukung bisnis. Namun tenaga ahlinya masih sangat langka," ujar Adrey Handoko Wakil Rektor Universitas Multimedia Nusantara (UMN).
1. Kebutuhan ahli 'big data' meningkat dratis
Andrey kemudian menambahkan, banyak perusahaan mencari ahli yang dapat mengolah data. Pemerintah telah menargetkan lebih dari 130 juta US dari bisnis e-commerce untuk tahun 2020. Tentu peranan data scientist sangat dibutuhkan.
Dari berbagai data yang diperoleh kebutuhan akan profesional data scientist semakin meningkat. IBM memprediksi kenaikan kebutuhan profesi ini mencapai 28%. Demikian pula survei dari McKinsey memprediksi kebutuhan tenaga ahli bidang pengolahan 'big data' ini mencapai 140 - 190 ribu orang.
Platform media sosial bagi profesional, Linkedin merilis data di tahun 2017 kebutuhan dunia kerja akan tenaga ahli profesional pengolah data naik sebesar 6.5 kali dibanding 5 tahun lalu.
2. Kebutuhan tinggi, sumber daya kurang
"Kebutuhan besar namun institusi pendidikan yang menghasilkan tenaga ini masih sangat langka," jelas Andrey.
Baca juga: Terobosan Pembelajaran Kolaboratif di UMN
Andrey menjelaskan ada 3 hal yang menjadi gap antara kebutuhan dan ketersediaan profesional pengolah data yaitu: hampir semua jenis perusahaan kini membutuhkan hal ini, kurangnya profesi pengolah 'big data' dan sulitnya mengolah data sehingga diperlukan keilmuan atau pendidikan yang lebih khusus atau spesifik mengenai hal ini.
3. Terobosan UMN menjawab tantangan
Melihat adanya gap tersebut, UMN melakukan beberapa terobosan, salah satunya dengan membuka peminatan big data analytics.
“Melihat adanya gap kebutuhan dan tren ke depan akan meningkatnya kebutuhan data scientist, UMN menyikapinya dengan membuka peminatan big data analytics di program studi Sistem Informasi," jelas Andrey kepada Kompas.com
Diharapkan lulusannya dapat terjun sebagai seorang data scientist dan bisa berkontribusi bagi perusahaan tempatnya bekerja, lanjut Andrey.
4. Peminatan di Prodi Sistem Informatika
Pada kesempatan yang sama, dosen program studi Sistem Informasi UMN Wira Munggana mengatakan kurikulum UMN dirancang untuk dapat mencetak lulusan-lulusan memiliki kompetensi di bidang analisis big data.
“Kami sudah merancang kurikulum yang komprehensif, mulai dari penyiapan dan pembersihan data, pembangunan data warehouse, sampai dengan analisis dan visualisasi data untuk menjawab tantangan di dunia bisnis. Bahkan secara khusus, kami membuka peminatan di bidang Big Data Analytics,” kata Wira.
5. Fasilitas dan kerjasama internasional
Tersedia juga Lab Big Data untuk melakukan pengujian modul-modul Lab mata kuliah terkait analisis data, riset mahasiswa dan dosen dalam bidang analisis data. Di dalamnya, terdapat PC dan iMac dengan spesifikasi tinggi, server untuk melakukan pengolahan data yang berukuran besar dan layar-layar LED besar untuk menampilkan visualisasi data.
Selain itu, program studi Sistem Informasi UMN juga melakukan 'link and match 'dengan dunia industri.
“Kami mendatangkan praktisi-praktisi analis data sebagai pengajar dan konsultan kurikulum, serta melakukan MoU dengan institusi internasional di bidang data science Cloudera,” lanjut Wira.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.