Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Bimbel Berprestasi? Belum Tentu, Ini Hasil Penelitiannya

Kompas.com - 17/07/2018, 20:06 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Memasuki tahun ajaran baru, tawaran ekstra kurikuler (ekskul), bimbingan belajar (bimbel), kursus atau les ini-itu mulai berdatangan.

Tidak salah bila orangtua berpikiran bahwa aneka kegiatan tambahan di luar sekolah tersebut memberi dampak positif bagi perkembangan anak.

Setiap orangtua pasti akan memberikan yang terbaik bagi anak. Tak jarang, orangtua mendaftarkan berbagai ekskul, les bimbel, hingga kursus privat mulai dari les musik, bahasa atau olahraga.

Semua ini dilakukan dengan harapan anak berprestasi dan memiliki kesempatan lebih besar untuk sukses di masa depan.

Namun, penelitian dilakukan D. Sharon Wheeler dan dipublikasikan dalam Taylor and Francis Journal Sport, Education, and Society justru menemukan terlalu banyak ekskul akan memberikan resiko lebih banyak daripada manfaatnya. 

Terlebih bila berbagai kegiatan itu terlalu dipaksakan dan berlebihan tanpa mempertimbangkan keinginan dan minat anak.

1. Kelelahan dan tidak fokus

Penelitian dilakukan dengan cara mewawancarai 50 keluarga dari 12 SD di  Inggris. Sekitar 88 persen dari seluruh anak mengikuti kegiatan di luar jam sekolah hingga 4-5 kali dalam seminggu, sementara 58 persennya mengikuti lebih dari satu ekskul yang dimulai pada malam hari.

Penelitian menemukan anak-anak usia SD yang mengikuti ekskul dan kegiatan tambahan di luar sekolah hingga 4-5 kali dalam seminggu, bahkan hingga sampai larut malam, membuatnya mudah kelelahan dan tidak fokus sehingga jarang menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga.

2. Harapan orangtua terlalu tinggi

Suniya Luthar, profesor psikologi di Columbia University berpedapat bahwa jumlah kegiatan ekskul diikuti anak bukanlah satu-satunya sumber masalah.

Masalahnya mulai muncul ketika orangtua mengawasi seluruh aktivitas anak secara berlebihan dan menuntut ekspektasi terlalu tinggi pada anak.

Baca juga: Siapkan Pendidikan Anak yang Berkualitas

“Pokoknya kamu harus lulus les piano!” atau “Dalam 6 bulan, kamu harus sudah bisa kuasai level yang baru!” dan seterusnya.

Tekanan berat dan ekspektasi tinggi agar selalu sukses dalam bidang akademis dan non-akademis berpotensi membahayakan perkembangan dan kebahagiaan anak.

Bila tidak hati-hati, hal ini juga menjauhkan anak dari interaksi anggota keluarga karena merasa diteror dan diperlakukan bagai robot.

3. Melebihi batas kemampuan anak

Dr. Luthar dan Polly Young-Eisendrath, psikolog klinis sekaligus penulis buku "The Self-Esteem Trap", berpendapat terlalu banyak mengharuskan anak melakukan berbagai kegiatan sepulang sekolah dapat memberikan masalah pada kehidupan anak.

Pasalnya, saat usia anak belum menginjak 11-12 tahun, anak sedang belajar mengembangkan diri. Mengikuti kegiatan terlalu banyak hingga di luar batas kemampuan dapat berisiko mengganggu perkembangan alami anak.

Ibarat sebuah perangkat elektronik terlalu dibebankan dengan pekerjaan berat, lambat laun perangkat itu akan rusak. Begitu pula dengan kondisi anak.

4. Sikap orangtua

Sebenarnya sah-sah saja mendaftarkan anak ikut berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler untuk mengasahnya menjadi pribadi lebih unggul.

Orangtua perlu perhatikan batas wajar hingga tidak sampai merugikan kesehatan anak, juga hubungan anak dan orangtua. Jangan sampai anak terlalu sibuk dan kerepotan ikut les sana-sini sehingga mengurangi interaksi dan komunikasi dengan keluarga.

5. Mendengarkan keinginan anak

Sebelum memutuskan les ini-itu untuk anak, ada baiknya orangtua menanyakan apa yang menjadi keinginan dan minat anak.

Meski orangtua menganggap les piano penting tetapi anak tidak berminat, sebaiknya jangan paksakan. Hal ini untuk menghindari keributan di kemudian hari.

Dr. Michael Thompson, psikolog klinis dan penulis buku "The Pressured Child", menyarankan orangtua untuk ikuti saja kemauan dan minat anak agar ia tidak merasa terpaksa dan terbebani ketika menjalaninya.

Selain itu, usahakan juga untuk selalu meluangkan dan menjadwalkan waktu keluarga berkualitas, setidaknya 2-3 hari sekali.

Jangan sampai anak merasa jauh dari orangtua akibat terlalu sibuk dengan kegiatan yang ia tekuni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com