KOMPAS.com - "Seringkali kami mendengar dari orang dewasa kalau anak-anak zaman sekarang, generasi kami, sukanya hanya bermain. Melalui kegiatan ini, kami ingin memperlihatkan kreativitas yang kami miliki sebagai Generasi Z sebagai kontribusi kami menghentikan kekerasan pada anak,” ujar Mukti selaku perwakilan Forum Anak DKI Jakarta.
Demikian hal yang terungkap dalam Jambore Kreativitas Generasi Z yang digelar untuk memperingati Hari Anak Nasional (HAN) di SMKN 26 Jakarta Timur (28-29 Juli 2018).
Acara yang digagas Forum Anak DKI Jakarta didukungan Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Pemerintah DKI Jakarta sekaligus bertujuan membangun kesadaran publik menghapuskan kekerasan terhadap anak.
1. Kekerasan makin bertambah
Ketua Panitia, Thasya Tjusila menjelaskan, “Kami melihat bahwa kekerasan yang dialami oleh anak semakin bertambah setiap tahunnya. Kekerasan yang terjadi tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa namun juga dari anak-anak sendiri."
Berdasarkan Penelitian Komisi Perlindungan Anak Indonesia, sepanjang tahun 2011–2016, terdapat 22.109 kasus perlindungan anak. Hampir 50% dari kasus adalah kekerasan fisik dan seksual, dan angka itu terus menanjak tiap tahun.
Pada tahun 2011-2014 ditemukan 1.022 kasus kekerasan terhadap anak dipicu oleh media sosial dan internet.
Studi kekerasan terhadap anak tahun 2013 yang dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menemukan bahwa ada hubungan antara kekerasan dialami seseorang pada masa kecil dengan tindak pidana pembunuhan, pemerkosaan dan penyalahgunaan obat bius.
2. Kelas informasi
Untuk itu dalam dalam "Jambore Kreativitas Generasi Z" disajikan 10 kelas informasi yang kita petakan sesuai kebutuhan penghentian kekerasan pada anak.
Kelas informasi tersebut meliputi: Perkawinan Anak, Pacaran Sehat atau Kekerasan dalam Pacaran, Pornografi, Internet Sehat, Kekerasan Fisik Terhadap Anak, Bahaya Rokok, Anak Korban Terorisme, Eksploitasi, Child Trafficking dan Sekolah Ramah Anak.
"Berharap semakin banyak anak anak juga sadar cara melindungi diri mereka dari berbagai tindak kekerasan,” harap Thasya Tjusila.
Plt Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada DPPAPP, dr. Angliana Dianawati, M.PH yang ikut hadir dan berdialog langsung dengan anak-anak menyampaikan, ”Pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan dan program demi terwujudnya kesejahteraan anak, dan kami berkomitmen untuk terus memperbaiki dan meningkatkan upaya ini."
Mari gunakan momentum Hari Anak Nasional untuk mengingatkan kita melakukan yang terbaik bagi anak Indonesia, tambah Angliana.
3. Komitmen perjuangkan hak anak
Doseba Tua Sinay, Direktur Nasional Wahana Visi Indonesia menyampaikan setiap anak memiliki hak untuk hidup utuh sepenuhnya.
Anak berhak mendapatkan pendidikan, perlindungan, dan berhak untuk bebas dari segala bentuk kekerasan. Anak-anak berhak untuk berpartisipasi dan didengarkan suaranya, tegasnya.
“Wahana Visi Indonesia sebagai organisasi fokus anak, mendukung dan mengupayakan terwujudnya hak anak. Melalui kegiatan ini, partisipasi anak sangat ditekankan," ujar Doseba.
Ia menambahkan, panitia kegiatan ini adalah forum anak, mereka mengusung tema dan konsep kegiatannya. WVI mengajak semua pihak untuk memperingati Hari Anak Nasional kali ini dengan komitmen menghapus segala penghalang anak-anak berpartisipasi dan menunjukkan kemampuan mereka.
"Termasuk upaya agar anak-anak terbebas dari segala bentuk kekerasan,” tambah Doseba
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.