"Dari awal sampai nemu alat dan lomba kurang lebih 4-5 bulan. Kalau ke Jepangnya aja ya sekitar 1-2 bulan," papar dia.
Sebelum mengikuti event di Jepang, mereka mempersiapkan penelitian ini untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Proposal yang mereka ajukan lolos dan didanai oleh Kemenristekdikti.
Sudah Diimplementasikan
KOMBAT kini telah diaplikasikan pada salah satu UMKM di Pekalongan.
"Hasilnya Alhamdulillah baik, bisa digunakan, bisa mengurangi pencemaran juga, tapi masih perlu ditingkatkan karena kapasistasnya masih untuk skala kecil," kata Ro'ad.
Indikator baik berdasarkan pada peraturan pemerintah tentang limbah industri yang boleh dibuang.
Alat ini mampu mengolah 45 liter limbah dalam satu kali pengolahan.
Saat ini, alat tersebut sudah diproduksi sebanyak dua buah dan telah mendapatkan hak paten.
Ke depannya, Ro'ad mengatakan, timnya akan melakukan evaluasi serta peningkatan spesifikasi alat dari kapasitas hingga teknologi agar berfungsi otomatis.
"Harapannya bisa bekerja sama dengan dinas lingkungan setempat agar inovasi di bidang pengolahan limbah batik ini dapat diterapkan secara masal dan menjadi solusi nyata yang dapat menjawab permasalahan limbah batik di Pekalongan," ujar dia.