Orangtua Dibully Anak, Loh Kok Bisa? Bisa!

Kompas.com - 20/09/2018, 20:16 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Pernah melihat anak yang berkata kasar pada orangtua? Atau bahkan bisa jadi kita pernah menyaksikan anak yang tidak dapat mengendalikan emosi dan merengek sambil memukuli orangtuanya.

Perilaku bullying atau merundung sebenarnya sangat mudah terlihat. Misalnya ketika anak berteriak-teriak karena permintaannya tidak dituruti, melemparkan barang-barang ke arah orangtua, mungkin disertai nada ancaman untuk membuat orangtua mengiyakan permintaan mereka, atau saat anak mempermalukan orangtua di depan umum dengan kata-kata yang tajam.

Bila akhirnya orangtua menyerah dan menuruti permintaannya, saat berarti orangtua sedang dibully oleh anak sendiri.

Dikutip dari Psychology Today, setiap situasi yang membuat orangtua  kehilangan kendali atas perilaku anak dan justru anak yang bisa mengendalikan orangtua, itu adalah kondisi anak sedang melakukan tindakan bullying. Itulah cara anak membully orangtua.

3 penyebab anak membully orangtua

Menurut Sean Grover, seorang psikoterapis, pola asuhan yang orangtua terapkan justru bisa jadi penyebab anak berperilaku sedemikian rupa. Ada tiga pola asuh yang mungkin memicu anak melakukan perundungan pada orangtuanya sendiri.

1. Rasa bersalah orangtua

Orangtua tipe ini merasa bersalah akibat suatu kesalahan yang pernah dilakukan atau ketidaksempurnaannya sebagai orangtua. Misalnya karena perceraian, suatu penyakit, atau kesulitan finasial.

Baca juga: Ini 6 Dampak Negatif Orangtua dengan Pola Asuh Lebay

Untuk mengurangi rasa bersalahnya, mereka memberikan kebebasan yang terlalu besar pada anak dan bahkan cenderung tanpa batas. Kebebasan ini akhirnya malah menjadi senjata makan tuan bagi orangtua.

2. Rasa cemas orangtua

Orangtua yang gampang cemas di mata anak akan terlihat seolah kurang kompeten atau kurang punya kendali. Karena melihat orangtuanya selalu cemas, anak pun akhirnya “mendesak” orangtua untuk mengambil keputusan dengan cara membully orangtua sendiri.

3. Rasa tidak tega orangtua

Orangtua tipe ini tidak tahan melihat anaknya kesusahan. Mereka akan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan atau kesulitan sang anak.

Memang niatnya baik, tapi ini dapat berakibat buruk. Karena merasa bahwa orangtua akan selalu menyelesaikan masalahnya dan melakukan apa pun untuknya, anak pun memanfaatkan orangtua agar selalu menuruti kehendaknya.

5 langkah mengatasinya

Lalu apa yang harus dilakukan orangtua agar hal ini tidak terjadi?

1. Memperbaiki pola asuh

Pola asuh yang diberikan orangtua kita dulu, mungkin sangat memengaruhi pola asuh yang saat ini kita gunakan saat ini. Misal, kalau orangtua kita cenderung otoriter, kita pun tidak mau menerapkan pola asuh seperti itu pada anak. Akibatnya, kita malah jadi terlalu lunak pada anak dan anak menjadi “kelewatan”.

Karena itu, sadarilah bahwa setiap pola asuh memang punya kekuatan dan kelemahan masing-masing. Yang terpenting adalah mengetahui batasan-batasan dari setiap pola asuh. Jangan sampai ada yang terlalu berlebihan, baik itu terlalu keras atau terlalu lunak.

2. Membuat aturan dan batasan

Buat peraturan mengenai batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak. Pada awalnya, mungkin anak akan kaget dan kembali mulai membully orangtua.

Jika begini, orangtua tidak boleh menyerah dan jangan balik membully. Justru, berikan pemahaman yang membuat mereka memiliki perasaan dan pikiran lebih baik lagi. Lakukanlah secara berulang kali, agar perlahan-lahan ia paham bahwa orangtua punya aturan yang perlu diikuti.

3. Merawat diri sendiri

Orangtua yang jadi korban bullying oleh anaknya sendiri cenderung merasa putus asa, stres, dan tidak bersemangat. Hati-hati karena situasi ini justru akan membuat kondisi anak tambah parah.

Misalnya karena oramgtua tidak merawat diri sendiri, anak semakin melihat sosok orangtua yang tidak kompeten sebagai orangtua. Ia pun lantas “berperan” sebagai orangtua yang akan mengatur-atur apa yang harus dilakukan dan kapan.

4. Minta dukungan dan bantuan

Jika masalah anak yang merundung orangtua ini tidak bisa diatasi sendiri, mintalah bantuan dan dukungan dari keluarga, teman, atau tenaga medis profesional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.

Tidak jarang dengan bercerita, sesama orangtua bisa saling berbagi tips parenting lainnya terkait kondisi keluarga dan anak.

5. Menyediakan waktu bersama anak

Luangkanlah untuk menghabiskan waktu bersama yang menyenangkan dengan anak, bisa pergi ke taman bermain atau taman hiburan, atau pergi jalan-jalan ke tempat yang orangtua atau anak sukai.

Orangtua juga bisa melakukan kegiatan yang disukai anak. Cara ini bisa membangun hubungan, ikatan dan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau