Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendenyutkan Kembali Nadi Literasi Baca Indonesia

Kompas.com - 27/09/2018, 21:13 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Kehadiran teknologi tidak serta merta membuat literasi membaca masuk dalam 'zaman kegelapan'. Optimisme ini tumbuh dan terpapar jelas dalam konferensi pers yang diadakan PT. Gramedia Asri Media (27/9/2018) di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta.

Kegiatan ini diadakan jelang acara puncak penghargaan "Gramedia Reading Community Competition (GRCC) 2018" yang akan diadakan 28 September 2018 di Balai Kartini, Jakarta.

Dalam GRCC 2018 akan diberikan penghargaan kepada 20 taman dan komunitas baca di tanah air yang telah memberikan inspirasi dalam menumbuhkan literasi baca di Indonesia.

Penghargaan ini sekaligus menjadi pembuktian bahwa literasi baca di Indonesia tidak terhenti melainkan terus mendetakan nadinya, bertumbuh dan menunjukan optimisme ke arah lebih baik.

Tumbuhnya optimisme baru

"Pertumbuhan buku di Indonesia yang tercermin di Toko Buku Gramedia tetap mengalami pertumbuhan meski secara persentasi menurun. Sebelum tahun 2010, pertumbuhan penjualan buku selalu di atas 30%. Namun setelah 2010 terus mengalami penurunan. Tetap bertumbuh meski persentasi pertumbuhan semakin kecil," jelas Suwandi S. Brata, Publishing and Education Director PT. Gramedia Asri Media.

Titik balik terjadi di tahun 2015, saat Indonesia menjadi Guest of Honour di Frankrut Book Fair. Terjadi lonjakan luar biasa dalam pertumbuhan jumlah judul buku yang terbit dari 44 ribu menjadi 57 ribu judul.

Baca juga: 6 Fakta Menarik Kolaborasi Apik Penggiat Literasi dalam GRCC 2018

Dunia literasi Indonesia mengalami optimisme luar biasa. Hal ini ditandai mulai awal tahun 2018 dimana penjualan buku mengalami pantulan kenaikan luar biasa hingga mencapai besaran kenaikan 12,23%.

"Data ini mengubah situasi yang awalnya galau menjadi optimisme luar luar biasa. Kita berharap optimisme ini dapat terus terjaga mengingat di bulan Maret 2019, Indonesia berkesempatan ambil bagian dalam London Book Fair dan menjadi Market Book Focus di ajang tersebut," harap Suwandi. 

Kolaborasi penggiat literasi

Gramedia menyadari menumbuhkan literasi baca tidak dapat dilakukan sendiri dan perlu menggandeng komunitas penggiat literasi.

"Salah satunya melalui GRCC, Gramedia mencari mitra taman baca masyarakat (TBM) yang mampu menginsipirasi dan memberi dampak bagi masyarakat dalam membangun literasi baca di Indonesia," papar Yosef Adityo, Corporate Secretary PT. Gramedia Asri Media.

Ia menambahkan, optimisme pertumbuhan dalam angka penjualan buku ini nampaknya sejalan pula dengan tumbuhnya peserta TBA di ajang GRCC. Dari ajang sebelumnya 800 peserta tahun ini peserta TBM mencapai 987.

"Mudah-mudahan kenaikan jumlah peserta TBM kedua ini juga menjadi gambaran optimisme terhadapnya tumbuhnya literasi baca di Indonesia," lanjutnya.

Kebijakan mendukung literasi baca

Penggiat literasi, Firman Hadiansyah (Ketua Umum Forum TBM) dan Akhmad Ihwan Susilo (Pendiri TBM Gelaran Jambu, Kediri) sepakat menyampaikan kebijakan pemerintah turut menentukan dalam tumbuhnya literasi baca di Indonesia.

"Peraturan Kemendikbud yang meminta para siswa untuk menyediakan waktu 15 menit membaca sebelum memulai pelajaran menjadi kesempatan bagi kami para penggiat literasi untuk masuk dalam menumbuhkan budaya baca pada anak-anak," ujar Ihwan.

"Dulu biaya mengirim buku bisa lebih mahal daripada harga bukunya. Namun dengan kebijakan yang ditetapkan Presiden Jokowi yang membebaskan pengiriman buku setiap tanggal 17 sangat membantu dalam memperluas akses terhadap buku-buku bacaan ke daerah-daerah," imbuh Firman.

Seiring pertumbuhan literasi baca ini, kini TBM telah beralih fungsi tidak sekadar menjadi tempat penyimpanan buku saja. TBM kini telah ikut bertransformasi menjadi pusat layanan masyarakat dalam mengembangkan 6 literasi dasar lainnya seperti; kemampuan baca-tulis-berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keuangan, budaya, dan kewarganegaraan.

Tantangan generasi milenial dan era teknologi

Kekuatiran kehadiran teknologi dan karakter generasi milenial tidak menyurutkan optimisme akan tumbuhnya literasi baca di Indonesia.

Selama ini, tambah Suwandi, Gramedia telah mengeluarkan judul-judul buku baru dalam bentuk cetak maupun digital. "Buku digital tidak akan membunuh keberadaan buku cetak. Justru keberadaanya akan saling melengkapi," tegas Suwandi.

Dibutuhkan inovasi dari pihak penerbit untuk melakukan terobosan dalam menghadapi era informasi saat ini. "Saat ini kami tidak lagi hanya mencari penulis dari naskah yang dikirim namun juga melalui media sosial. Harapannya buku yang dihasilkan tidak hanya sukses secara cetak namun juga digital," jelas Adityo.

Terobosan lain yang dilakukan Gramedia adalah melalui "Digital Library". Melalui platform perpustakaan digital ini masyarakan dapat dengan mudah mengakses ribuan buku berkualitas dengan menggunakan teknologi yang ada.

"Selain Jakarta, saat ini sudah banyak permintaan pemerintah daerah untuk membuat Digital Library ini," tambah Adityo. 

Lebih jauh Suwandi berharap melalui kolaborasi para penggiat literasi ini akan memberi dorongan yang luar biasa bagi kemajuan sumber daya manusia Indonesia.

"Hal ini sejalan dengan semangat Gramedia Group untuk menghidupi semangat mencerdaskan bangsa, semangat mencari ilmu untuk mengalahkan kepicikan diri sendiri dan mengatasi keterbelakangan pengetahuan," tutup Suwandi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com