Unpar Raih Juara Nasional Simulasi Peradilan Hukum Internasional

Kompas.com - 05/11/2018, 13:59 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Universitas Parahyangan (Unpar) keluar sebagai juara nasional kompetisi Simulasi Peradilan Hukum Humaniter Internasional setelah unggul dari Universitas Indonesia di babak final yang berlangsung hari Minggu (4/11/2018) di Bandung, Jawa Barat.

Dengan kemenangan ini, Unpar akan mewakili Indonesia berkompetisi di ajang internasional pada Maret 2019 di Hong Kong.

Kompetisi ini diselenggarakan Fakultas Hukum Unpar dengan Komite Internasional Palang Merah (ICRC). Kompetisi bertajuk "13th Indonesian Round of the International Humanitarian Law Moot Court Competition 2018" berlangsung 2-4 November 2018 dan diikuti 24 universitas seluruh Indonesia sebagai peserta dan 2 universitas sebagai observer (pengamat).

Peraih penghargaan

Berikut ini adalah daftar lengkap pemenang yang diterima Kompas.com dari ICRC:

Juara Nasional

Juara Nasional: Universitas Parahyangan
Runner Up Nasional: Universitas Indonesia
Semifinalis: Universitas Islam Indonesia dan Universitas Pelita Harapan

Baca juga: UI Juara Kompetisi Nasional Debat Hukum Internasional ICRC 2018

Oralis Terbaik

(Penghargaan untuk peserta dengan kemampuan berbicara terbaik saat kompetisi):

Oralis Terbaik: Bagoes Carlvito dari Universitas Gadjah Mada
Oralis Terbaik Kedua: Shannon Tamara dari Universitas Pelita Harapan
Oralis Terbaik Ketiga : Audrey Kurnianti dari Universitas Gadjah Mada

Memorial Terbaik

(Penghargaan untuk tim yang membuat argumen tertulis terbaik):

Memorial Terbaik: Universitas Islam Indonesia
Memorial Terbaik Kedua : Universitas Katholik Atmajaya Jakarta
Memorial Terbaik Ketiga : Universitas Sebelas Maret

Spirit of the Moot

(Universitas pendatang baru dengan peringkat tertinggi dan menunjukkan semangat luar biasa dalam berkompetisi): Universitas Kristen Maranatha

Hukum Konflik Bersenjata

Final kompetisi Simulasi Peradilan Hukum Humaniter Internasional berlangsung hari Minggu (4/11/2018) di Bandung, Jawa Barat.Dok. ICRC Final kompetisi Simulasi Peradilan Hukum Humaniter Internasional berlangsung hari Minggu (4/11/2018) di Bandung, Jawa Barat.

Mahasiswa peserta kompetisi, selain harus fasih berbahasa Inggris, juga memiliki pengetahuan memadai hukum internasional secara umum, secara khusus Hukum Humaniter Internasional (HHI).

HHI adalah hukum berlaku pada saat konflik bersenjata, sehingga HHI sering pula disebut sebagai Hukum Perang atau Hukum Konflik Bersenjata.

Tristam Pascal Moeliono, Dekan Fakultas Hukum Unpar menyambut baik ditunjuknya Unpar sebagai tuan rumah kompetisi tahunan ini. Ia memandang positif kegiatan kompetisi semacam ini dan menekankan bahwa kemenangan bukan segala-galanya.

"Kegiatan ini seyogyanya tidak dipandang semata-mata sebagai ajang kompetisi atau sekedar menunjukkan universitas mana yang terbaik. Ada yang lebih penting dari itu, yaitu menyebarkan pengetahuan tentang Hukum Humaniter Internasional," jelas Moelino.

Ia menambahkan, membangun kesadaran tentang pentingnya HHI bagi Indonesia harus menjadi tujuan esensial dari kompetisi ini.

Mengasah logika hukum

Final kompetisi Simulasi Peradilan Hukum Humaniter Internasional berlangsung hari Minggu (4/11/2018) di Bandung, Jawa Barat.Dok. ICRC Final kompetisi Simulasi Peradilan Hukum Humaniter Internasional berlangsung hari Minggu (4/11/2018) di Bandung, Jawa Barat.

Sementara itu, Alexandre Faite, Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor-Leste mengungkapkan kompetisi ini sangat penting untuk mendukung peran Indonesia yang kian signifikan di bidang Hukum Humaniter Internasional di level internasional.

Di sini, para mahasiswa dapat mengasah kemampuan mereka dalam melakukan riset, membuat tulisan, dan melakukan advokasi hukum tentang berbagai dampak kemanusiaan dari konflik bersenjata atau situasi-situasi kekerasan lainnya, imbuhnya.

“Banyak peserta kompetisi ini yang mungkin memilih karir yang berhubungan dengan HHI, tapi saya percaya pengetahuan dan pelatihan terkait HHI menjadi alat yang bermanfaat untuk mengasah logika hukum para peserta, yang suatu saat nanti mungkin dipanggil untuk menjadi pengambil keputusan dalam berbagai kapasitasnya," ujar Alexandre.

Ketika itu terjadi, mereka dapat membawa Indonesia atau bahkan dunia ke arah yang lebih sejahtera, bermartabat dan berperikemanusiaan, harapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau