Ia menilai menggunakan biji buah nyamplung, proses pembuatan biodiesel lebih ramah lingkungan. Pasalnya proses pembuatan biodisel dari biji buah nyamplung tidak perlu melakukan pembuatan minyak dan pemurnian terlebih dahulu, melainkan cukup dengan teknologi transesterifikasi in situ.
“Dengan menggunakan teknologi transesterifikasi in situ, proses pembuatan minyak dan pemurnian minyak dapat dihilangkan sehingga harga biodiesel dari biji buah nyamplung lebih murah. Di sisi lain, rendemen yang dihasilkan pun juga lebih banyak,” ujar Ika.
Meskipun biji buah nyamplung memiliki potensi besar sebagai bahan baku biodiesel, masih terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembuatannya. Menurut pengakuannya, proses pembuatan minyak nyamplung memerlukan teknologi ekstruksi yang dapat beroperasi dengan cepat dan kontinyu.
Di sisi lain, kandungan resin yang ditemukan dalam minyak nyamplung juga menjadi masalah yang harus segera diselesaikan. Ke depannya, ia berusaha menjadikan resin sebagai produk bernilai tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.