KOMPAS.com - Kerugian akibat korupsi telah memberikan dampak yang luar biasa dalam kehidupan. "Berdasarkan penelitian universitas, andai 12 tahun ke belakang tidak ada korupsi maka saat ini seluruh anak Indonesia dapat bersekolah secara gratis dari level terendah di TK hingga perguruan tinggi," ungkap Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan.
Gambaran ini disampaikan Wakil Ketua KPK saat memberikan paparan "Milenial Melawan Korupsi" (13/12/2018) sebagai salah satu rangkaian kegiatan Apresiasi Siswa Berprestasi (ASB) yang diadakan Kemendikbud, 13-16 Desember 2018 di Jakarta.
Acara ini juga sekaligus menjadi informasi awal gerakan "Saya Anak Anti Korupsi" (SAAK) yang dicanangkan Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemendikbud.
"Perilaku koruptif tidak mendadak besar. Korupsi itu dimulai dari perilaku keseharian di sekolah seperti menyontek, bolos, tawuran atau 'nembak' SIM," jelas Basaria kepada lebih dari 400 siswa berprestasi yang menjadi perwakilan siswa dari seluruh Indonesia.
Baca juga: ASB 2018: Mengembangkan Karakter dan Kompetensi Menuju Indonesia 4.0
Ia menjelaskan KPK saat ini hanya mampu fokus kepada tindakan penindakan terhadap 'big fish' atau pelaku korupsi yang merupakan tokoh/pejabat penting atau kasus yang memberikan dampak besar.
"KPK tidak dapat bergerak sendiri dan membutuhkan dukungan seluruh masyarakat termasuk generasi milenial. Untuk itu KPK membutuhkan banyak agen-agen perubahan pendorong elemen masyarakat memerangi korupsi di sekolah," ujar Basaria.
Tidak harus melakukan OTT (operasi tangkap tangan) tapi bisa melalui tindakan pencegahan melalui membangun sikap dan karakter anti korupsi di sekolah maupun kehidupan sehari-hari.
Ada 9 nilai diimbau Wakil Ketua KPK untuk ditumbuhkan para agen-agen dalam memerangi korupsi yakni: jujur, peduli, disiplin, tanggungjawab, mandiri, kerja keras, adil, berani dan sederhana. "Tambah satu lagi, selalu bersyukur," ujar Basaria.
Inspektur Jenderal Kemendikbud Muchlis R. Luddin pada kesempatan sama memperkenalkan gerakan "Saya Anak Anti Korupsi" (SAAK) yang akan segera diluncurkan.
"Visi dari gerakan ini adalah menciptakan generasi muda cerdas berintegritas dan berkarakter. Salah satu program adalah pembentukan agen SAAK di setiap sekolah untuk melakukan sosialisasi dan membangun budaya anti korupsi," jelas Muchlis.
Kepada Kompas.com, Muchlis menjelaskan gerakan ini tidak akan menjadi gerakan struktural seperti OSIS atau pramuka.
"Kalau dibuat menjadi struktural maka karakternya akan hilang. Ini adalah gerakan komunitas agar agen-agen perubahan ini mampu membawa perubahan secara sosial, karakter dan budaya memerangi korupsi," tegas Muchlis.
Gerakan ini mendapat tanggapan positif KPK. "KPK siap melatih siswa menjadi agen-agen perubahan 'pejuang pemberantas korupsi'. KPK akan memberikan pelatihan kepada agen-agen SAAK ini secara khusus 2-3 hari agar lebih memahami apa itu korupsi, apa dasar hukumnya dan bagaimana melakukan pencegahan," ujar Basaria.
Terkait hal ini, Itjen Kemendikbud akan melakukan banyak program kerjasama dengan KPK dalam membangun komunitas SAAK menjadi komunitas lebih besar.
I Made Mendra salah guru SMAN 2 Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara menyambut baik gerakan ini, "Sangat tepat bila gerakan Kemendikbud dan KPK ini memulai gerakan ini dari generasi milenial. Karena generasi ini masih memiliki idealisme dan belum tercemar dengan racun korupsi."
Muhammad Faturrahman siswa SMA 11 Bandung, penerima KIP dan juara olimpiade astronom menyampaikan optimisme Indonesia ke depan dapat mengurangi korupsi secara drastis di masa depan.
"Saya optimis kita bisa menyelesaikan masalah korupsi ini. Anak-anak muda masih punya idealisme bahwa Indonesia harus bebas dari korupsi yang menimbulkan penderitaan untuk masyarakat," ujarnya.
Optimisme yang sama disampaikan Jessica siswi SMA BPK Penabur. "Korupsi harus diberikan tindakan tegas karena bahaya. Menurut saya upaya KPK sudah cukup membantu tapi masih perlu bantuan dari kita semua. Perlu lebih banyak sosialiasi agar kita semua makin bersatu memerangi korupsi. Kalau kita lakukan bersama, optimis kita bisa melawan korupsi," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.