Klinik Digital Vikom UI: Dunia Digital Menjadi Berkah dan Bencana

Kompas.com - 19/12/2018, 23:24 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Bertempat di Jambore Foto, PT Taspen dan PT Kemysantra, Klinik Digital Vokasi Komunikasi (Vokom) UI melakukan sosialisasi "Literasi Media, Narkoba Digital dan Kejahatan Digital".

Klinik Digital Vokom di Pontianak ini dihadirkan di tiga komunitas dihadiri lebih dari 120 peserta terdiri dari pelajar SMA, mahasiswa, ibu rumah tangga, pengusaha, petugas kesehatan, karyawan swasta dan masyarakat umum.

Pembicara terdiri dari Devie Rahmawati (Ketua Program Studi Vokom UI), Amelita Lusia (Kepala Lab Penyiaran Vokom), Reska Herlambang (Pengajar Praktik Vokom UI) dan Lim Suriady ( Founder Jambore Foto). 

Devie Rahmawati menyampaikan, kehadiran dunia digital dapat menjadi berkah sekaligus bencana bagi masyarakat umum.

Baca juga: FISIP UI: Ini 4 Karakter Pemilih Milenial

 

Ia menambahkan, "Klinik digital ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan upaya mengendalikan penyebaran berita tidak benar (hoax), narkoba digital yaitu pornografi, judi dan candu game serta kejahatan digital berupa penipuan penyaluran dana, bullying dan sebagainya," jelas Devie.

“Kegiatan ini sendiri merupakan seri ke 2, 3 dan 4 dari seri pertama klinik digital yang dibuka di Vokasi UI, Depok. Kami akan membuka forum konsultasi, riset dan pendampingan masyarakat," tambahnya.

Devie mengharapkan lewat Klinik Digital ini masyarakat akan mampu mengenali, mengatasi dan mencegah terjadinya bencana digital dengan menggandeng elemen-elemen masyarakat di wilayah masing-masing, seperti sekolah, universitas dan tokoh-tokoh masyarakat. 

Ketiga kegiatan sosialiasi digital dibuka Lim Suriady menyampaikan bahwa kerugian akibat penyebaran hoax sudah membawa kerugian moral dan materil di berbagai bidang kehidupan bukan hanya politik, namun juga bisnis, kesehatan dan pendidikan.

“Banyak bisnis yang tumbang karena persaingan bisnis, yang menggunakan cara – cara hoax,” tambah Lim, penggerak masyarakat Pontianak.

Kordinator Peminatan Humas Vokom, Amelita Lusia menyampaikan fakta-fakta empiris bahwa saluran penyebaran hoax terbesar melalui sosial media yaitu sebesar 92%, dan isu tertinggi ialah sosial dan politik sebesar 88,60%.

Wahyudin, Kepala Cabang Taspen juga menyampaikan bahwa di tahun politik ini, para karyawan sangat memerlukan edukasi tentang dunia digital agar para karyawan dapat terus bekerja secara produktif, mengingat siapapun yang terpilih menjadi pemimpin, perusahaan harus tetap berkomitmen melayani masyarakat luas.

Sedangkan, Isnaeni, CEO Kemystra, menyampaikan bahwa masyarakat memang perlu dibantu agar dapat memahami etika komunikasi dan melakukan pelayanan terhadap publik.

Seringkali komunikasi dilakukan di dunia digital serba cepat dan tanpa penyaringan berdampak pada pelayanan diberikan oleh industri terhadap masyarakat sering berujung konflik antar individu.

Menyikapi kebutuhan situasi tersebut, Vokom melalui Reska Herlambang memberikan pelatihan etika komunikasi di dunia online dan offline.

“Kita perlu memiliki empati dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, sebelum menyelesaikan persoalan, agar tidak berkembang menjadi masalah yang merugikan banyak pihak,” ujar Reska yang juga berprofesi sebagai presenter.

“Pontianak diharapakan menjadi salah satu model dari masyarakat yang memiliki literasi digital yang kuat. Mengingat di selepas masa orde baru, karakter konflik yang terjadi bukan lagi konflik vertikal dari negara terhadap rakyat tetapi konflik horizontal antar masyarakat dari mulai tawuran pelajar/mahasiswa, perebutan lahan, konflik SARA, dan lain-lain, yang merugikan secara materil dan non materil seperti korban jiwa,” tutup Devie.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau