BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Avian

Membangun Pemuda untuk Kemajuan Bangsa, Ini yang Harus Diperhatikan

Kompas.com - 18/01/2019, 08:03 WIB
Anissa DW,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Ketika berbicara tentang pemuda, terdapat sebuah kalimat yang cukup melekat pada pemuda, yaitu “masa depan suatu bangsa ada di tangan pemudanya.”

Sebab, pemuda yang berada pada rentang usia 16-30 tahun termasuk kategori usia produktif. Pada saat tersebut, seseorang dapat melakukan dan mencoba banyak hal. Termasuk memberikan kontribusi untuk memajukan bangsa.

Bahkan Presiden Soekarno sudah sejak dulu mengakui kemampuan pemuda untuk membangun bangsa. Dalam salah satu pidatonya Soekarno pernah berkata.

"Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia."

Kalimat Soekarno tersebut menggambarkan seberapa besar perubahan yang mampu dibawa oleh pemuda. Jika 10 pemuda saja dapat mengguncang dunia, bayangkan jika seluruh pemuda Indonesia bersatu dan bekerja sama membangun Indonesia. Niscaya, masa depan cerah ada di tangan bangsa ini.

Tidak hanya Soekarno, Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla pun mengakui hal senada. Dilansir dari Kompas.com, Jumat (27/4/2018), Jusuf Kalla mengatakan, pemuda adalah tulang punggung kemajuan suatu bangsa. Sebab, generasi muda memiliki kemampuan berinovasi dan berkreativitas untuk mengembangkan ekonomi bangsanya.

Untuk itu, pembangunan dan peningkatan kualitas pemuda Indonesia harus menjadi prioritas pemerintah. Mengingat, kemajuan serta masa depan bangsa ada di tangan pemuda.

Menurut Sekertaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Gellwyn Daniel Hamzah, peningkatan kualitas pemuda harus dilakukan dari berbagai sisi, baik dari sisi pendidikan, keterampilan, maupun karakter.

Apalagi, saat ini Indonesia tengah bersiap menyambut bonus demografi pada 2030 mendatang. Untuk itu, keterlibatan pemuda menjadi sangat penting.

Pemuda tidak hanya ditempatkan sebagai penerima manfaat dari suatu pembangunan, tetapi juga harus terlibat sebagai pengendali dalam proses pengambilan keputusan yang akan berpengaruh bagi pengembangan Indonesia yang kelak akan dipimpin para pemuda,” ucap Gellwyn, seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (13/7/2018).

Membangun pemuda

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembangunan generasi muda di Indonesia, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional bersama Bappenas meluncurkan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) 2017.

Ilustrasi MahasiswaSHUTTERSTOCK Ilustrasi Mahasiswa

IPP merupakan instrumen yang menggambarkan kemajuan pembangunan di Indonesia. Terdapat capaian 15 indikator pembangunan kepemudaan yang tertuang dalam 5 domain di IPP 2017.

Kelima domain tersebut adalah pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, lapangan dan kesempatan kerja, pastisipasi dan kepemimpinan, serta gender dan diskriminasi. 

Dari kelima domain tersebut pendidikan mendapatkan skor tertinggi. Penyebabnya adalah tingkat partisipasi pendidikan menengah yang relatif tinggi, yakni lebih dari 85 persen. Akan tetapi, jika diperhatikan angka partisipasi pemuda dalam pendidikan tinggi masih rendah, baru 21-23 persen. 

Hal ini berarti, masih banyak pemuda yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Padahal pendidikan tinggi memiliki fungsi yang sangat penting. Tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk lingkungan sekitar.

Menurut Undang-undang No 12 Tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi, pendidikan tinggi memiliki beberapa fungsi. Pertama, mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kedua, mengembangkan sivitas akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma. Ketiga, mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

Melihat pentingnya pendidikan tinggi bagi pemuda dan bangsa, Harian Kompas bersama Avian Brands memberikan bantuan pendidikan kepada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berprestasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi melalui program Beasiswa Juara Batch II.

Berbeda dengan batch I, kali ini beasiswa diperuntukan bagi siswa SMA, SMK, dan sederajat, baik swasta maupun negeri diseluruh Indonesia. Terdapat 328 jurusan dari 27 Universitas di Indonesia yang tergabung dalam batch II.

Selain dukungan dana, program tersebut juga memberikan pengembangan potensi diri untuk memperkaya hard skill dan soft skill. Hal tersebut dilakukan guna menyiapkan mereka menjadi generasi hebat penerus bangsa.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com