Banyak Sapi Mati Saat Bongkar Muat, Mahasiswa ITS Desain Dermaga Apung

Kompas.com - 20/01/2019, 18:10 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Selama ini proses bongkar muat sapi di Pelabuhan Kalbut Kabupaten Situbondo dilakukan begitu saja dengan melemparkannya ke laut.

Hal ini menginspirasi mahasiswa ITS membuat desain dermaga apung guna menekan angka kematian sapi akibat proses bongkar muat tersebut.

Berkat inovasinya, tim tersebut berhasil meraih first runner up dalam kompetisi "The Annual Ling 11th Art Essay Competition 2018" yang diadakan oleh Universitas Negeri Semarang (6/10/2018).

Selama ini, sapi-sapi di Pelabuhan Kalbut terpaksa dilemparkan langsung ke laut karena kapal pengangkutnya tidak dapat bersandar langsung di dermaga utama.

Agung Purwandoko dan Muhammad Fawaid As’ad, dua mahasiswa asal ITS kemudian mengusulkan membangun dermaga apung sebagai solusi permasalahan ini.

Dikatakan Agung, kapal pengangkut tidak dapat bersandar di dermaga utama karena pasang surut air laut sulit diprediksi. Di samping itu, jarak dermaga utama dengan kapal mencapai 50 meter juga menyulitkan kapal jenis ini bersandar.

Baca juga: Inovasi Dosen dan Mahasiswa Didorong Menjadi Produk Komersil

Berkaca dari kondisi tersebut, tim yang dibimbing Mohammad Sholikhan Arif ini membuat rancangan dermaga apung menggunakan High Density Polyethylene (HDPE) yang dihubungkan dengan ponton (perahu kecil).

Ponton inilah yang akan digunakan mengarahkan posisi dermaga apung. “Dermaga apung ini cukup flexible dalam menjalankan fungsinya, sebab posisinya dapat berpindah-pindah,” imbuhnya seperti dikutip dari laman resmi ITS.

Ia menambahkan, dengan adanya dermaga apung ini sapi dapat diturunkan secara normal selama proses bongkar muat, bukan dilemparkan begitu saja ke laut. Karenanya, dermaga ini diklaim mampu menekan angka kematian sapi akibat kesalahan metode ini.

Dari segi biaya, dermaga apung rancangan tim ini diklaim cukup ekonomis. Pasalnya, pembangunan dermaga pada umumnya membutuhkan biaya tinggi untuk menguruk pantai.

Dermaga apung tidak memerlukan proses pengurukan serupa. “Sebagai pengganti pengurukan, desain dermaga apung ini melibatkan biaya untuk membangun tempat kapal bersandar (dolphin) pada beberapa sudut pelabuhan,” tutur mahasiswa Departemen Teknik Transportasi Laut tersebut.

Agung menjelaskan, dengan adanya dolphin ketinggian dermaga dapat dengan mudah disesuaikan dengan pasang surut air laut. “Misalnya ketika air laut sedang pasang, maka dermaga apungnya akan otomatis akan naik,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau