Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2019, 19:05 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Adakah yang pernah dengar reflective parenting atau pengasuhan reflektif? Pengasuhan ini dikembangkan psikoanalis Peter Fonagy dan rekan-rekannya di Tavistock Clinic di London dan didefinisikan sebagai kemampuan orangtua memahami isi hati dan kondisi mental anak-anaknya sebelum merespons suatu situasi dan melakukan sesuatu.

Dengan kata lain, dalam reflective parenting ini, orangtua tidak kaku menerapkan metode parenting seperti pengasuhan otoriter, pengasuhan permisif, pengasuhan demokratif, dan sebagainya.

Orangtua bisa bertindak tegas dan otoriter di waktu tertentu, namun di waktu lain bisa membiarkan si anak atau mengajak anak berdiskusi sebelum memutuskan sesuatu.

Baca juga: Mengenal Pola Asuh Milenial: Drone Parenting

Orangtua dengan fungsi reflektif tinggi mampu melihat anaknya sebagai individu terpisah dan otonom. Dia mampu mengenali pikiran, perasaan, intensionalitas dan keinginan anaknya.

Hasilnya, hubungan orangtua-anak akan semakin akrab, anak diajarkan bagaimana memahami dan mengatur perilaku, dan kemampuan kognitifnya berkembang.

Dikutip dari laman Sahabat Keluarga Kemendikbud, Sally-Anne McCormack, psikolog klinik di Australia, reflective parenting menyampaikan pengasuhan reflektif merupakan solusi terbaik orangtua yang ingin membesarkan anak sesuai karakter dan kemampuannya.

Dikatakan McCormak, metode reflective parenting bermanfaat untuk:

  1. Menyesuaikan pola asuh sesuai dengan kondisi, tempat dan karakter anak
  2. Lebih cocok diterapkan untuk anak pertama, walaupun juga bisa diterapkan pada semua anak
  3. Membantu orangtua menerapkan pola asuh terbaik
  4. Basis utama reflective parenting adalah pengembangan karakter, sehingga cocok diterapkan keluarga dengan berbagai latar budaya.

Namun, untuk menerapkan reflective parenting, kata McCormak, ada persyaratan yang harus dipenuhi orangtua, yakni:

  1. Orangtua memahami karakter dan kebutuhan anak
  2. Jika sudah nyaman dengan satu pola asuh, jangan diubah
  3. Perubahan pola asuh hanya boleh dilakukan untuk melatih kecerdasan emosional, kemampuan komunikasi, kepercayaan diri dan tanggung jawab anak.

Orangtua wajib mendapat banyak masukan terkait pola asuh. Makin banyak referensi pola asuh yang bisa dipilih, makin memungkinkan orangtua mengembangkan pola asuh reflective parenting.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com