Mengenal Jerome Polin dan Alasan Bikin Vlog Kehidupan Kuliah di Jepang

Kompas.com - 21/02/2019, 17:48 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Akun YouTube "Nihongo Mantappu" yang banyak mengunggah konten tentang pendidikan dan kehidupan seorang mahasiswa Indonesia yang merantau di Jepang, kini menjadi favorit banyak pelajar di Indonesia.

Adapun, sang pemilik akun, Jerome Polin, merupakan seorang peraih beasiswa pendidikan penuh di Jepang yang saat ini tengah menempuh pendidikan  S1 Matematika di Waseda University.

Sosok berbakat

Selain prestasi di bidang akademis, ternyata Jerome juga menyimpan banyak bakat lain yang membuat pengikutnya di media sosial semakin menaruh kagum pada pria kelahiran Surabaya, 2 Mei 1998 ini.

Misalnya, ia jago menyanyi, bemain musik, basket juga sepak bola. Jerome kerap menunjukkan kemampuannya ini melalui unggahan-unggahan di Instagram-nya @jeromepolin.

Baca juga: Vlog Nihongo Mantappu, Cara Jerome Polin Berbagi Ilmu dan Inspirasi dari Jepang

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

I can’t help falling in love with you... ((and I hope that you know it))

A post shared by Jerome Polin ????? ??? (@jeromepolin) on Dec 27, 2018 at 4:30am PST

Meski mengaku masa SMA nya habis digunakan untuk belajar dan mengikuti berbagai olimpiade, namun Jerome mengaku sudah mempelajari hal-hal di luar akademis sejak kecil.

“Dari SD sih, SMP gitu aku paduan suara, belajar musik, ikut ekskul olahraga semuanya, jadi kayak begitu (bisa melakukan banyak hal)," kata Jerome saat berbincang dengan Kompas.com Rabu (20/2/2019) sore.

Mengatur waktu

Akun YouTube miliknya selalu rutin mengunggah video, bisa dua-tiga kali dalam satu pekan. Ini kemudian menjadi pertanyaan, bagaimana ia mengatur waktu antara kesibukan kuliah, bergaul, istirahat, dan produksi konten video.

Menurut Jerome, ia bisa mengambil video dan mengeditnya di sela-sela waktu kuliah.

"Mengatur waktunya, biasanya di sela-sela pelajaran atau Sabtu-Minggu kan libur kuliah, nah itu kosong juga, bisa buat ngedit atau hunting video, gitu sih," ujar pria berdarah Batak-China ini.

Sementara untuk waktu istirahat, ia mengaku biasa tidur pada saat memasuki dini hari.

Ia mengaku sebagai tipikal orang yang lebih produktif pada malam hari. Banyak ide yang muncul pada waktu-waktu itu.

"Kalau tidur biasanya pukul 03.00 (waktu Jepang), bangunnya pukul 08.00 (waktu) Jepang. Inspirasi datangnya jam segitu, jadi biasanya aku menulis caption (Instagram), jam segitu itu," ujarnya.

Makna YouTube

Diakui atau tidak, Jerome banyak dikenal masyarakat karena YouTube. Ia pun menyadari, dari YouTube dan media sosiallah, orang-orang bisa mengenalnya.

Namun, ia mengaku tidak begitu setuju disebut sebagai YouTuber.

Menurut Jerome, ia aktif di media berbagi video itu semata-mata untuk berbagi kebaikan dan mendokumentasikan kehidupannya di Jepang, bukan untuk mencari uang.

"Sebenernya aku menggunakan YouTube untuk kenang-kenanganku sendiri, karena kan video waktu di Jepang sama teman-teman kan ya enggak bisa diulang lagi," tuturnya.

Jerome menyebut, kehidupan di dunia nyata jauh lebih penting daripada kehidupan di dunia maya.  Harus ada perjuangan, pencapaian, dan kualitas yang didapat dari dunia nyata, dan YouTube hanya sebagai sarana.

“Kalau aku cuma nge-vlog biasa dan aku bukan mahasiswa yang kuliah di Jepang dan segala macam, juga orang-orang enggak mau nonton," kata pria pecinta bola pingpong.

Adapun konten yang diunggah, Jerome berprinsip harus mengandung nilai yang bisa diberikan untuk para pengikutnya.

Konyol, bukan bodoh

Meskipun banyak mengunggah konten bermuatan edukasi dan inspirasi, namun tak jarang Jerome juga menampilkan sisi lain dirinya bersama teman-temannya yang dipenuhi kekonyolan.

Sebut saja, video berenang di jalan raya, memakan bunga sakura, Kiki Challenge di jalanan, dan sebagainya.

Ia menyebut hal-hal itu sebagai kekonyolan yang masih ada dalam batas wajar. Selain itu, sisi itu juga menunjukkan bahwa tidak semua mahasiswa matematika identik dengan buku dan sebagainya.

"Selama kalau diikuti atau ditiru itu masih enggak apa-apa, misalnya Mr Bean deh. Konyolnya itu buat hiburan saja, itu bukan hal buruk tapi hal konyol," ujarnya.

Menurut dia, hal-hal yang tidak merugikan atau menjatuhkan orang lain, tidak menumbulkan perpecahan, dan sebagainya, hal itu masih tidak masalah untuk dilakukan.

Sementara hal-hal bodoh yang tidak semestinya dipamerkan di media mana pun, Jerome mengaku resah dan tidak setuju dengan hal itu. Ia memiliki pandangannya tersendiri.

"Aku punya concern ke Indonesia, aku pengin jadi Menteri Pendidikan, aku pengin Indonesia jadi lebih baik. Tapi ada orang-orang yang membuat konten demi uang dan keterkenalan, misalnya ngomong kotorlah, memamerkan bentuk tubuh yang melebihi batas wajar, tujuannya memecah belah, menjatuhkan orang lain, ada kan beberapa akun yang seperti itu," ujar Jerome.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau