KOMPAS.com - Generasi milenial diimbau menggunakan media digital secara bijaksana. Mahasiswa diajak untuk menyimak informasi dengan cerdas, agar tidak mudah termakan informasi provokatif, intoleran dan tidak benar (hoax).
Hal ini disampaikan Rektor Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Ninok Leksono saat membuka acara "Comnews" (Conference on Communication and News Media Studies) 2019 di Lecture Hall UMN, Tangerang Selatan (13/3/2019).
Isu dominasi generasi milenial di medium digital ini diangkat UMN dalam konferensi ilmiah bertajuk "Comnews 2019: Tutur Digital dalam Dominasi Generasi Milenial".
Menurut Ninok, generasi milenial paling mampu dan terampil dalam memanfaatkan teknologi digital untuk berbagai keperluan. Bahkan, mereka mendominasi aktivitas komunikasi di medium digital.
“Generasi milenial lahirnya sudah di era digital, maka masuk akal jika mereka mendominasi aktivitas komunikasi di medium digital. Ibarat ikan ketemu air, memang sudah secara alamiah dunianya. Maka dari itu, mereka harus menggunakannya secara bijaksana,” jelas Ninok.
Baca juga: Temu Bisnis Skystar Ventures Incubator UMN Dukung Mahasiswa Berinovasi
Lebih lanjut Ninok menerangkan bahwa dominasi generasi milenial dalam medium digital pun membuat media massa menyesuaikan diri. Media massa berinovasi melalui penggunaan bahasa, penyediaan konten dan penambahan platform baru.
“Media massa sejauh ini sudah banyak berinovasi untuk menjangkau generasi milenial. Bahasa lebih dipopulerkan dan banyak mengangkat topik terkait generasi milenial," jelas Ninok.
Ia menambahkan, "Selain itu, media yang semula hanya berbasis single platform (cetak saja, atau elektronik saja, atau audiovisual saja), kini sudah menjadi multi-platform, sehingga peluang menjangkau generasi milenial semakin besar.”
Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika bidang Hukum Henry Subiakto mengatakan bahwa generasi milenial memiliki cara dan kultur sendiri dalam memanfaatkan ruang digital.
"Di Indonesia ini anak mudanya banyak. Mereka adalah generasi milenial yang memiliki cara dan kultur sendiri dalam memanfaatkan ruang digital. Mereka berkompetisi menunjukkan kreativitasnya," kata Henry.
Henry juga mengungkapkan bahwa sebagai negara yang besar, Pemerintah Indonesia sedang membangun infrastruktur Palapa Ring, yaitu fiber optik yang menghubungkan pulau-pulau besar di Indonesia. Sedangkan program untuk masuk ke daerah-daerah, bernama Universal Service Obligation (USO).
"Infrastruktur ini untuk menyatukan, jadi kayak high-way, jalan tol. Nanti data dan koneksi internet akan menjadi cepat sekali. Masyarakat Indonesia akan terkoneksi. Katakanlah menggunakan sinyal-sinyal digital untuk berkomunikasi, ketika secara teknis terkoneksi maka secara sosial dan ekonomi juga terkoneksi," ungkap Henry.
Ketua Panitia Comnews 2019 Cendera Rizky Anugrah Bangun mengungkapkan terdapat 95 naskah akademik dan hasil riset terkait peran dan kontribusi kajian bidang komunikasi dalam konteks dominasi milenial dalam era digital dari berbagai perspektif yang diterima oleh panitia Comnews 2019.
Nantinya, 20 persen naskah akademik yang memenuhi kualifikasi, akan dimuat dalam beberapa jurnal terakreditasi SINTA yang bekerja sama dengan Comnews 2019.
“Comnews diadakan sebagai bentuk perhatian UMN terhadap isu dinamika Ilmu Komunikasi di tengah kemajuan digital. Tahun ini merupakan tahun kedua diselenggarakannya Comnews. Kami harap naskah-naskah yang sudah dikirimkan dapat berkontribusi di bidang ilmiah khususnya pada ilmu komunikasi,” ujarnya.
Turut hadir sebagai pembicara panel; peneliti dan pengajar Australian National University Ross Tapsell, Presiden Komisaris Kumparan.com Budiono Dharsono, CCO Kapan Lagi Youniverse dan Ketua umum AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia) Wenceslaus Manggut, serta Direktur Kayuapi Digital Reputation Arya Gumilang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.