Perkembangan Teknologi Harus Diikuti dengan Inovasi Pembelajaran

Kompas.com - 15/03/2019, 20:40 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Perguruan tinggi harus merubah pola pikir dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dengan cara lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan baru. Dengan demikian dapat dihasilkan terobosan dan inovasi sistem pendidikan dan pembelajaran.

Hal ini disampaikan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir saat membuka secara resmi Konvensi Nasional Pendidikan (Konaspi) ke-IX di Universitas Negeri Padang (UNP), Padang (13/03/2019).

Konaspi merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Negeri Indonesia (ALPTKNI) dan tahun ini mengangkat tema "Pendidikan pada Era Revolusi Industri 4.0".

Inovasi pembelajaran

“Kita memerlukan sumbangsih pemikiran yang solutif, aplikatif, dan relevan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Karena dengan pendidikanlah masyarakat kita menjadi cerdas, unggul, berdaya saing, dan berkarakter,” tutur Menteri Nasir.

Menteri Nasir menambahkan, "Kampus harus lebih terbuka dengan cara memiliki pola pikir yang terbuka, hati yang terbuka dan terus mengembangkan ilmu pengetahuan."

Baca juga: Comnews 2019: Tutur Digital dalam Dominasi Generasi Milenial

Menurutnya, di tengah tantangan global yang kompleks, harapan pemerintah dan masyarakat Indonesia kepada perguruan tinggi sangat tinggi dalam memberikan pendidikan kepada generasi penerus bangsa agar kompetitif, kreatif, dan inovatif di era disrupsi saat ini. 

Oleh karena itu, perkembangan teknologi harus diikuti dengan inovasi dalam sistem pembelajaran. 

Perlu kreativitas

"Kalau tidak melakukan itu kita akan tertinggal dari negara lain dan yang paling dibutuhkan adalah kreatifitas," ujarnya.

Menristekdikti menjelaskan bahwa LPTK memiliki pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama mulai dari kompetensi dan kualitas tenaga pendidik, sertifikasi tenaga pendidik, hingga inovasi pembelajaran di era Revolusi Industri 4.0.

Setiap tahunnya seluruh LPTK di Indonesia baik negeri maupun swasta menghasilkan lebih kurang 300 ribu lulusan. Namun demikian dari jumlah tersebut baru sekitar 120 ribu yang terserap di sekolah dan lembaga pendidikan.

Agar dapat bersaing baik tingkat nasional dan global, lulusan LPTK harus dibekali kompetensi yang mumpuni, harus kreatif dan inovatif.

Aktifasi sumber belajar

Kemenristekdikti senantiasa mendorong dosen mulai dari asisten ahli hingga profesor untuk menghasilkan publikasi ilmiah internasional. Saat ini dari 5.500 profesor di Indonesia, baru sekitar 2.250 profesor yang aktif melakukan publikasi ilmiah internasional.

Ketua ALPTKNI Syawal Gultom mengatakan LPTK harus siap berinovasi dan bertransformasi menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.

Dia mengatakan pendidikan akan terus berkembang dan pergerakannya menjadi sangat dinamis. Mengingat teknologi telah membaur pada kehidupan kita sehari-hari. Ide dan gagasan konstruktif sangat diperlukan

“Di era 4.0 ini bukan masalah konten tetapi pergeseran paradigma dan cara berpikir, dahulu pendidikan kita berpusat pada guru, sekarang paradigma terbaru bagaimana cara mengaktifasi sumber belajar," ujar Syawal Gultom.

Terbanyak dalam sejarah

Ia berharap forum ini akan menghasilkan rekomendasi baru untuk disumbangkan pada perjalanan pendidikan 2 sampai 3 tahun ke depan.

Pada kesempatan sama Rektor UNP Ganefri menyampaikan Konaspi IX yang digelar di Universitas Negeri Padang (UNP) ini diikuti sebanyak 2.089 peserta dan merupakan yang terbanyak sepanjang sejarah.

"Dalam Konaspi IX ini kami juga menggelar dua konferensi internasional yang hingga saat ini jumlah makalah yang disampaikan kepada panitia mencapai 2.089 makalah," jelasnya. Ia menambahkan pemakalah tidak hanya berasal dari perguruan tinggi Indonesia namun juga dari perguruan tinggi di luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau