Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Alasan Banyak Les Justru Sebabkan Anak Tidak Berhasil!

Kompas.com - 20/04/2019, 22:19 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Jelang ujian akhir semester makin banyak tawaran ekstra kurikuler (ekskul), bimbingan belajar (bimbel), kursus atau les ini-itu berdatangan.

Setiap orangtua pasti akan memberikan yang terbaik bagi anak. Tak jarang, orangtua mendaftarkan berbagai les bimbel dengan harapan anak meraih prestasi yang diharapkan orangtua.

Semua ini dilakukan dengan harapan anak berprestasi dan memiliki kesempatan lebih besar untuk sukses di masa depan.

Namun, penelitian dilakukan D. Sharon Wheeler dan dipublikasikan dalam Taylor and Francis Journal Sport, Education, and Society 

Terlebih bila berbagai kegiatan itu terlalu dipaksakan dan berlebihan tanpa mempertimbangkan keinginan dan minat anak.

1. Anak kelelahan 

Penelitian dilakukan dengan cara mewawancarai 50 keluarga dari 12 SD di  Inggris. Sekitar 88 persen dari seluruh anak mengikuti kegiatan di luar jam sekolah hingga 4-5 kali dalam seminggu, sementara 58 persennya mengikuti lebih dari satu bimbel yang dimulai pada malam hari.

Baca juga: Perhatikan 5 Hal Ini Saat Memilih Bimbel

Penelitian menemukan anak-anak usia SD yang mengikuti ekskul dan kegiatan tambahan di luar sekolah hingga 4-5 kali dalam seminggu, bahkan hingga sampai larut malam, membuatnya mudah kelelahan dan tidak fokus sehingga jarang menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga.

2. Tuntutan terlalu tinggi

Suniya Luthar, profesor psikologi di Columbia University berpendapat bahwa jumlah bimbel  diikuti anak bukanlah satu-satunya sumber masalah.

Masalahnya mulai muncul ketika orangtua mengawasi seluruh aktivitas anak secara berlebihan dan menuntut ekspektasi terlalu tinggi pada anak.

Tekanan berat dan ekspektasi tinggi agar selalu sukses dalam bidang akademis dan non-akademis berpotensi membahayakan perkembangan dan kebahagiaan anak.

Bila tidak hati-hati, hal ini juga menjauhkan anak dari interaksi anggota keluarga karena merasa diteror dan diperlakukan bagai robot.

3. Lampaui batas kemampuan anak

Dr. Luthar dan Polly Young-Eisendrath, psikolog klinis sekaligus penulis buku "The Self-Esteem Trap", berpendapat terlalu banyak mengharuskan anak melakukan berbagai kegiatan sepulang sekolah dapat memberikan masalah pada kehidupan anak.

Pasalnya, saat usia anak belum menginjak 11-12 tahun, anak sedang belajar mengembangkan diri. Mengikuti kegiatan terlalu banyak hingga di luar batas kemampuan dapat berisiko mengganggu perkembangan alami anak.

Ibarat sebuah perangkat elektronik terlalu dibebankan dengan pekerjaan berat, lambat laun perangkat itu akan rusak. Begitu pula dengan kondisi anak.

4. Mendengarkan anak

Sebelum memutuskan bimbel untuk anak, ada baiknya orangtua menanyakan apa yang menjadi keinginan dan minat anak.

Meski orangtua menganggap bimbel penting tetapi anak tidak berminat, sebaiknya jangan paksakan. Hal ini untuk menghindari keributan di kemudian hari.

Dr. Michael Thompson, psikolog klinis dan penulis buku "The Pressured Child", menyarankan orangtua untuk ikuti saja kemauan dan minat anak agar ia tidak merasa terpaksa dan terbebani ketika menjalaninya.

Selain itu, usahakan juga untuk selalu meluangkan dan menjadwalkan waktu keluarga berkualitas, setidaknya 2-3 hari sekali.

Jangan sampai anak tertekan dan merasa jauh dari orangtua akibat terlalu sibuk dengan kegiatan yang ia tekuni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com