Pesantren Didorong Juga Banyak Bicara Soal Ilmu Duniawi

Kompas.com - 25/05/2019, 13:55 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

KOMPAS.com - Selama ini pondok pesantren dikenal memiliki pendidikan karakter dan religiusitas yang sangat kuat. Seiring perkembangan teknologi, pola pendidikan pesantren didorong juga mampu bicara banyak soal ilmu duniawi.

Hal ini disampaikan KH Musthofa Aqiel Pengasuh Ponpes Kempek Cirebon saat mendampingi Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir usai menyerahkan Surat Keputusan Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Kiayi Haji Aqil Siraz (KHAS) Kempek, di Cirebon, Jawa Barat (22/5/2019).

STIKES KHAS Kempek dibangun Yayasan KHAS berdiri di atas tanah seluas 10.200 meter persegi dengan dua program studi, yaitu Studi Farmasi dan Studi Gizi.

Peran penting pesantren

"Pesantren memiliki peran penting dalam pendidikan di Indonesia mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi," KH Musthofa Aqiel.

Ia menambahkan, "Pesantren dewasa ini, sudah harus bicara banyak soal ilmu duniawi. Dia mencontohkan, santri dituntut menguasai teknologi informasi, komunikasi digital, serta internet."

Baca juga: Beasiswa S-1 Mesir, Maroko, Sudan untuk Lulusan Madrasah dan Pesantren

Terkait peran penting pesantren dalam pemajuan pendidikan di Indonesia, Menristekdikti mendorong pesantren-pesantren di Indonesia turut berkontribusi dalam meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi Indonesia.

Menteri Nasir meminta paling tidak 500 dari sekitar 29.000 pesantren di Indonesia untuk mengembangkan perguruan tinggi minimal pada tingkat akademi komunitas.

Pesantren tingkatkan APK

Menteri Nasir menjelaskan jika setiap akademi komunitas yang didirikan pesantren memiliki 500 mahasiswa, maka pesantren akan berkontribusi menciptakan 25.000 mahasiswa dan turut meningkatkan APK pendidikan tinggi Indonesia yang saat ini masih pada angka 34,5 persen.

"Harapannya 5 tahun kedepan mulai dari Aceh sampai dengan Papua kurang lebih 500 pesantren akan didorong memiliki pendidikan tinggi di luar bidang agama sesuai dengan potensi dan kearifan lokal masing-masing daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan daerah tersebut," jelas Mohamad Nasir.

Menteri Nasir juga meminta perguruan tinggi yang dikembangkan pesantren sesuai dengan potensi dan kearifan lokal yang ada. Salah satunya seperti bidang 'herbalife' yang menjadi salah satu fokus Stikes Khas Kempek.

Kembangkan hayati Indonesia

“Obat yang ada di apotek itu, 92 persen bahan-bahannya bukan dari Indonesia, bahan impor, kalau pun diproduksi di Indonesia tapi yang punya resep komposisi obatnya (maupun patennya) adalah orang dari luar negeri," ujar Menteri Nasir.

STIKES KHAS Kempek diharapkan mampu memformulasikan paten 'herbamedicine' maupun 'herbalife' karena Indonesia kaya akan biodiversity (keanekaragaman hayati).

"Insya Allah para santriwan dan santriwati akan bisa menghasilkan terobosan inovasi sehingga obat-obatan berbahan baku lokal bisa dihasilkan dari santri Kempek ini, agar kedepannya bangsa Indonesia menjadi mandiri dan tidak lagi bergantung dengan obat-obatan impor," harap Menristekdikti.

Menristekdikti mengatakan stikes prodi Farmasi dan Gizi sangatlah penting, dengan adanya kedua program studi ini diharapkan mampu meningkatkan kesehatan generasi milenialterutama para santri dan masyarakat Cirebon.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau