Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Program "Pintar": Semangat Perubahan lewat Pembelajaran HOTS

Kompas.com - 29/05/2019, 17:44 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Era Revolusi Industri 4.0 menuntut perubahan paradigma pendidikan untuk dapat melahirkan lulusan yang mampu beradaptasi terhadap perubahan. Salah satu kemampuan dibutuhkan adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skill).

Menyadari kebutuhan ini, Tanoto Foundation melalui Program "Pintar" bekerja sama dengan Kemendikbud melatih para guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan budaya baca.

Para guru dilatih untuk mampu memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran. Siswa juga dilatih  keterampilan abad 21 dan peningkatan minat membaca. Masyarakat juga terlibat aktif dalam meningkatkan kualitas sekolah. 

Program "Pintar" yang telah berjalan sampai Mei 2019 telah melatih dan mendampingi 9.647 guru, kepala sekolah, pengawas, dan komite sekolah di 1.465 sekolah dan madrasah yang tersebar di lima provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jambi, Riau, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur.

Kritis lewat "Mikir"

Mardiyati, guru matematika SMPN 4 Sungai Apit Siak, Riau berbagi pengalaman dalam menerapkan pembelajaran yang memfasilitasi siswa menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS/higher order thinking skill).

Baca juga: Pakai Gerobak, Bu Guru Kurnia Keliling Komplek Tawarkan Baca Buku

“Saya dilatih Tanoto Foundation membuat lembar kerja (LK) berisi penugasan atau pertanyaan produktif, terbuka, dan imajinatif. Melalui LK tersebut, siswa didorong untuk membangun gagasannya sendiri, berpikir kreatif, dan berpikir alternatif untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran,” tukasnya.

LK tersebut diterapkan dalam pembelajaran aktif dengan unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi). Melalui MIKiR, siswa difasilitasi untuk melakukan kegiatan atau mengamati saat pembelajaran berlangsung.

Mereka dibentuk dalam kelompok kecil untuk lebih banyak berinteraksi, berdiskusi, atau bekerja sama. Hasil karya, gagasan, atau pikiran siswa juga difasilitasi untuk dikomunikasikan atau dipresentasikan.

Terakhir, guru dan siswa melakukan kegiatan refleksi pembelajaran untuk melihat kembali pengalaman belajar dan mengambil pelajaran untuk lebih baik lagi ke depan.

Pembelajaran aktif

Mardiyati memberikan contoh pembelajaran matematika yang dia ajarkan di kelas, “Saat saya mengajar tentang peyelesaian masalah yang terkait dengan perbandingan senilai atau skala, saya tidak langsung memberikan konsep perbandingan senilai."

Mardiyati meminta siswa melakukan praktik mengukur jarak di peta, melihat skala yang digunakan dalam peta, dan menentukan ukuran sebenarnya jarak pada peta.

"Dari situlah siswa bisa menemukan konsep perbandingan senilai. Setelah siswa memahami konsep, maka pemberian tugasnya lebih menantang untuk siswa lagi. Misalnya siswa ditugaskan membuat denah sekolah dengan menerapkan konsep perbandingan senilai,” jelasnya. 

Pembelajaran HOTS yang diterapkan unsur pembelajaran aktif MIKiR menurut Mardiyati, membuat siswa lebih mudah memahami konsep pembelajaran, bahkan membantu siswa dalam mengerjakan soal UNBK (ujian nasional berbasis komputer).

“Biasanya guru-guru lebih banyak melatihkan soal-soal untuk menghadapi ujian nasional. Padahal dengan pembelajaran aktif, siswa menjadi lebih mudah memahami konsep dan mengerjakan soal UNBK," tegasanya.

Peran guru dan kepala sekolah

Hamid Muhammad, Dirjen Dikdasmen Kemendikbud pada acara Sharing Best Practice Program Pintar yang di Jakarta (28/5/2019). Dok. Tanoto Foundation Hamid Muhammad, Dirjen Dikdasmen Kemendikbud pada acara Sharing Best Practice Program Pintar yang di Jakarta (28/5/2019).

Dengan menerapkan pembelajaran aktif diharapkan pada saat yang sama siswa dilatih memiliki keterampilan abad 21 yaitu berpikir kritis, memecahkan masalah secara kreatif, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan baik.

“Program 'Pintar' ini memastikan guru dan kepala sekolah menjalankan perannya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Untuk itu saya mendorong program ini perlu didiseminasikan dalam rangka pemerataan kualitas pendidikan,” kata Hamid Muhammad, Dirjen Dikdasmen Kemendikbud pada acara Sharing Best Practice Program "Pintar" yang di Jakarta (28/5/2019). 

Tanoto Foundation menargetkan tahun 2022 ada lebih dari 9.000 sekolah dan madrasah yang mendapatkan manfaat dari Program "Pintar" ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, manajemen sekolah, dan budaya baca.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com