Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membangun Kekuatan Indonesia dari Dunia lewat Diaspora

Kompas.com - 16/07/2019, 16:19 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan menyelenggarakan Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2019.

SCKD tahun ini akan dilaksanakan pada 18-25 Agustus 2019 di Jakarta dengan mengundang 57 ilmuwan diaspora dari 15 negara di dunia. Penyelenggaraan SCKD 2019 melibatkan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI.

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (Dirjen SDID) Ali Ghufron Mukti mengungkapkan pada Senin (15/7/2019) rangkaian kegiatan SCKD merupakan upaya Pemerintah memberdayakan diaspora untuk ikut bersumbangsih dalam pembangunan SDM, khususnya di ranah pendidikan tinggi.

Menurut Dirjen SDID, kegiatan ini juga merupakan sebagai respon atas pidato Presiden terpilih Joko Widodo dalam pidato pertamanya di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor, Minggu (14/7/2019) malam.

Membangun Indonesia dari dunia

Dalam pidatonya Presiden Jokowi menyampaikan akan membentuk Lembaga Manajemen Talenta Indonesia. Melalui lembaga itu, pemerintah akan mengidentifikasi, memfasilitasi, serta memberikan dukungan pendidikan dan pengembangan diri bagi talenta-talenta Indonesia.

Baca juga: Tingkatkan Kualitas Pendidikan, Jokowi Angkat 4 Isu Besar

Selain itu, dukungan juga akan diberikan kepada diaspora yang memiliki bakat yang besar untuk memberikan sumbangan demi percepatan pembangunan Indonesia.

Dirjen SDID menyampaikan pihaknya sebetulnya telah mengadakan manajemen talenta yang secara khusus mengelola SDM Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri yang berpotensi membawa Indonesia memiliki daya saing yang tinggi

"Kita buka jembatan bagi ilmuwan diaspora berbagai macam keilmuan dan pengalaman yang cocok dengan kebutuhan kita untuk memberikan kontribusi besar bagi percepatan pembangunan di Indonesia," ujarnya.

Ia melanjutkan, "Artinya ini kita membangun Indonesia dari dunia, kekuatan diaspora kita konsolidasikan sedemikian rupa bisa pakai jembatan pembangunan yang lebih cepat indonesia yang adaptif, produktif, inovatif serta kompetitif."

Penguatan pendidikan vokasi

Dirjen Gufron menjelaskan, "Pemberdayaan ilmuwan diaspora ini sudah diinisiasi sejak tahun 2016. Namun, tahun ini acara SCKD menjadi momentum yang baik karena sejalan dengan fokus Pemerintah untuk membangun SDM. Kami akan mengarahkan para ilmuwan diaspora pada bidang pembangunan prioritas, termasuk dalam penguatan pendidikan vokasi."

Ia menambahkan penyelenggaraan SCKD dari tahun ke tahun selalu mendapat antusiasme tinggi ilmuwan diaspora di berbagai belahan dunia. Kendati demikian, mereka yang terpilih telah melalui berbagai tahap penyaringan. 

"Tahun ini kami juga membuka kesempatan tidak hanya bagi mereka yang sudah menjadi assistant professor atau associate professor, tetapi juga bagi para postdoct yang memiliki potensi. Mereka inilah yang kebanyakan merupakan akademisi muda dari generasi millennial," sebut Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

Katalis masuk ranking dunia

Secara keseluruhan, ucap Dirjen Ghufron, kiprah para ilmuwan diaspora sejak tahun 2016 sudah cukup membuahkan hasil yang baik.

Tercatat, lebih dari 100 karya ilmiah telah dihasilkan, baik berupa joint publication, joint research, maupun paper lain dalam proceeding dan conference. Selain itu, ada pula berbagai kerja sama instusi yang sudah terjalin melalui MoU, hingga mobilisasi dosen Indonesia ke perguruan tinggi asal ilmuwan diaspora.

Dirjen Ghufron berharap, dengan banyaknya porsi peserta baru pada SCKD 2019, mampu membuka peluang kolaborasi yang lebih luas bagi para akademisi dalam dan luar negeri.

Para ilmuwan diaspora juga menjadi katalis bagi perguruan tinggi di Indonesia masuk pada ranking dunia, yakni melalui transfer teknologi dan ilmu pengetahuan.

Jiwa nasionalisme diaspora

Dampak penyelenggaraan SCKD tidak sebatas pada sisi akademik. Lebih lanjut, program ini mampu menjadi ajang merajut jiwa nasionalisme ilmuwan diaspora yang sudah bertahun-tahun berkarier di luar negeri.

Sedangkan bagi ilmuwan diaspora, SCKD menjadi tanda bahwa negara hadir untuk memanggil mereka agar berkontribusi pada tanah kelahirannya.

Rangkaian acara SCKD 2019 terdiri atas simposium dan kunjungan ke perguruan tinggi di berbagai daerah. Tak hanya ilmuwan diaspora, pada acara simposium nanti juga akan hadir ilmuwan dunia, seperti Chennupati Jagadish sebagai salah satu pembicara utama. 

"Rangkaian acara ini sangat bermanfaat bagi para dosen dan peneliti untuk membuka wawasan dan memperluas networking. Maka dari itu, kami mengajak seluruh masyarakat akademisi untuk berpartisipasi pada acara SCKD 2019. Sampai jumpa di Jakarta," tutup Dirjen Ghufron.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com