Laboratorium IoT ITB Bantu Pertumbuhan Ekonomi Digital Masa Depan

Kompas.com - 16/07/2019, 20:40 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pemerintah telah mencanangkan program "Making Indonesia 4.0" yang salah satu komponen adalah internet of things (IoT) seiring semakin besarnya potensi market place IoT di masa depan.

IoT bisa diartikan aktivitas antara manusia dan benda (things), benda dengan benda,  seperti sensor, robot, platform, dan cloud yang terhubung melalui protokol komunikasi standar untuk saling menerima atau mengirimkan informasi sehingga memungkinkan proses kerja tertentu menjadi lebih efisien.

Guru Besar pada KK Teknologi Informasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (ITB) Suhono Harso Supangkat mengatakan potensi IoT di Indonesia sangat besar. Selain peluang, ada juga tantangan harus dihadapi misalnya masalah pemerataan infrastruktur jaringan dan kondisi geografi.

3 komponen penting

Menurutnya, ada tiga komponen berpengaruh dalam pengembangan IoT. Komponen pertama yaitu manusia. Hal ini mencakup sumber daya manusia (SDM) yang mampu mendukung pengembangan IoT, dampak IoT bagi dunia kerja di masa depan, dan perubahan budaya yang diakibatkan oleh kehadiran IoT.

Baca juga: Hanif, Lulusan SMA yang Kuasai Pemrograman, Bersyukur Diterima di ITB

Komponen kedua yakni teknologi yang mencakup benda-benda, seperti sensor, cloud, platform, dan bisa terhubung melalui protokol dan algoritma tertentu.

Adapun komponen ketiga adalah tata kelola yang mencakup regulasi, model bisnis, dan pengembangan peran oleh masing-masing pihak yang berkepentingan dalam pengembangan IoT di Indonesia.

“Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya dalam pengembangan IoT sebagai salah satu wujud dari rencana Making Indonesia 4.0, di mana dengan IoT, setiap hal bisa saling berkoneksi atau terhubung satu sama lainnya,” ujar Suhono dalam keterangan di laman resmi ITB, Selasa (16/7/2019).

Ia berpendapat kualitas SDM di suatu wilayah memengaruhi cepat atau lambatnya perkembangan IoT di Indonesia. Untuk itu Indonesia telah menargetkan potensi pasar IoT pada tahun 2022 dan 2025 sampai triliunan rupiah.

“Penerapan IoT di Indonesia bisa diterapkan dalam aspek transportasi, mobil listrik, kesehatan, dan lingkungan,” imbuhnya.

Peran Laboratorium IoT ITB

ITB pun dikatakan memiliki peran penting dalam perkembangan IoT. Untuk itu, dibuatlah “Internet of Things (IoT) and Future Digital Economy Laboratorium” sebagai wujud merespons perkembangan dunia digital dan telah diresmikan pada Februari 2019.

“Lab tersebut didirikan dalam rangka mendorong inovasi dan kemajuan dalam bidang ekonomi digital, terutama di era industri 4.0,” kata Taufiqurrahman Akmal, salah satu anggota tim di Lab IoT ITB.

Akmal menuturkan target dari laboratorium ini untuk menjadi IoT market space. Beberapa kegiatannya yaitu mengenai riset, memberikan workshop atau pelatihan tentang IoT.

Target lainnya yaitu menjadi penentu standar device IoT di Indonesia sehingga penelitian yang dikembangkan di laboratorium ini bisa diimplementasikan dan digunakan dalam skala yang lebih besar.

"Kami ingin melalui laboratorium ini, riset-riset yang dihasilkan bisa diimplementasikan dan bermanfaat sebesar-besarnya," ungkap Akmal.

Dia mengaku optimistis target itu bisa tercapai karena pemerintah sudah menargetkan untuk memasang 400.000 sensor di 440 kota di Indonesia dan direncanakan selesai pada 2022. ”Jadi kalau bicara potensi IoT di Indonesia itu pasti akan sangat besar sekali,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau