6 Tanda dan Kiat Atasi Anak yang Belum Bisa Menyesuaikan Diri di Kelas

Kompas.com - 28/07/2019, 15:45 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

5. Tidak mau masuk kelas

Kasus ini sering dialami orangtua; dari rumah anak begitu bersemangat, namun entah mengapa ketika hendak memasuki kelas, tiba-tiba mogok. Ini sering membuat orangtua putus asa meski telah mencoba membujuk berkali-kali dengan berbagai cara.

Tak jarang karena putus asa orangtua menjadi emosi. Orangtua perlu mecari sebab mengapa anak mogok masuk kelas. Mungkin anak tidak suka kepada salah seorang teman, tidak cocok posisi duduk, takut guru, ruangan, atau hal lain yang tidak terkomunikasikan.

Lebih baik mengamati dan menyelidiki apa penyebabnya agar dapat dicari solusinya. Ajaklah anak bicara dengan santai, ketika dia tidak sedang mogok. Tanyakan hal yang kurang menyenangkan di kelas itu. Jika sudah tersampaikan maka bekerjasamalah dengan guru wali kelasnya mengatasi hal itu. Tentu ini akan lebih baik hasilnya.

6. Masih harus ditunggu

Ada anak yang masih minta terus ditunggui orangtua. Hal in tentu membuat suasana kurang nyaman baik bagi orangtua maupun gurunya sendiri saat terpaksa harus menunggui anak bersekolah.

Alih-alih mengantar sekolah malah orangtua ikut bersekolah. Hal ini bisa terjadi karena adanya tekanan yang dialami anak. Tekanan ini bisa berasal dari guru, teman, bahkan dari orangtuanya sendiri.

Anak-anak yang mendapat pesan keras dari orangtua saat hendak berangkat sekolah bisa berdampak kurang bebas bagi anak. Misal si ibu berpesan agar selalu memperhatikan saat diajari guru, atau ayah berpesan tidak nakal, tidak ini tidak itu, harus begini, harus begitu, akan membuat anak terlalu banyak beban.

Untuk itu,  hindari pesan berlebihan kepada anak. Berpesanlah wajar saja. Hati-hati ya, Nak! Itu sudah cukup.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau