Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunakan Drone, Dosen Unpad Teliti Sungai Citarum

Kompas.com - 01/08/2019, 20:33 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi kebanyakan orang, perangkat drone biasa digunakan untuk mengambil foto dan video dari udara. Namun, ternyata drone mempunyai manfaat lain sesuai kebutuhan masing-masing.

Cipta Endyana, dosen Fakultas Teknik Geologi dan Sekolah Pascasarjana Universitas Padjadjaran (Unpad) memanfaatkan drone sebagai peralatan efektif intuk mendukung penelitian mengetahui kondisi detail lingkungan.

Cipta menggunakan drone untuk mendapatkan citra yang biasanya didapatkan dari citra satelit untuk melakukan pemetaan mengenai kondisi lahan di kawasan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

“Latar belakangnya secara umum adalah untuk efisiensi dan efektivitas riset dalam penginderaan jauh (remote sensing),” ujar Cipta ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (1/8/2019).

Lebih murah dari citra satelit 

Untuk mendapatkan obyek foto lebih detail, ia menambahkan beberapa sensor di drone-nya. Salah satunya yaitu menggunakan sensor multispektral yang bisa membuat foto menjadi memiliki frekuensi gelombang sehingga bisa digunakan untuk berbagai keperluan.

Baca juga: Tingkatkan Penelitian, Budi Luhur Gelar Konferensi Internasional

Cipta mengembangkan sensor berkamera itu melalui kerja sama dengan komunitas drone di Kota Bandung, Jawa Barat. Sensor itu juga bisa dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan data yang akan diambil untuk keperluan riset.

“Kameranya memiliki sensor multispektral agar panjang gelombang citra yang dihasilkan bisa dikombinasikan sesuai tujuan riset,” ucapnya.

Dalam keterangan di laman resmi Unpad, Cipta mengatakan bahwa penggunaan drone memiliki biaya yang lebih murah dibanding citra satelit beresolusi tinggi. Kelebihan lainnya adalah perangkat ini mampu menyajikan data foto secara berkala.

Saat dia membutuhkan data berkala mengenai kondisi lahan di suatu wilayah, dia tinggal menerbangkan drone untuk mendapatkan citra yang dibutuhkan. Dari hasil foto udara itu, bisa didapatkan berbagai data mengenai sebaran lahan kritis yang berada di kawasan DAS Citarum.

Kemudian, data itu menjadi referensi bagi para ilmuwan lainnya untuk melakukan penelitian lanjutan terkait Sungai Citarum.

Cipta sudah memanfaatkan drone untuk keperluan risetnya di DAS Citarum selama dua tahun. Untuk tahun ini, dia melakukan pengambilan citra di kawasan hulu Citarum dan sub-DAS Cirasea.

Data yang diambil cenderung tentang persentase bukaan lahan, data daerah aliran sungai, dan jaringan sungai, hingga simulasi mengenai banjir dan gerakan tanah.

Awal gunakan Google Maps

Awalnya penelusuran data lahan yang dibutuhkan dilakukan dengan bantuan aplikasi peta digital milik Google. Melalui Google Maps, sejumlah titik lahan kritis bisa ditemukan. Penelusuran pun dilanjutkan dengan menerbangkan drone di titik yang telah ditentukan guna mendapatkan pembuktian.

“Data dari Google bisa saja belum berkala. Drone bisa memberikan data secara berkala karena lahan kritis akibat pembukaan lahan dapat terjadi sepanjang tahun,” imbuh Cipta.

Dia mengungkapkan, mengenai persentase pembukaan lahan, paling tidak ada ratusan ribu hektar lahan kritis yang berada di kawasan hulu Citarum. Situasi ini patut mendapat perhatian berbagai pihak, tidak hanya akademisi, tetapi masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri harus menyelesaikan permasalahan di Citarum bersama-sama.

Adapun data yang dihasilkan melalui citra ini bisa dijadikan referensi lanjutan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian di Citarum.

“Drone itu sebagai supporting, untuk menyajikan data spasial dan visualisasi dari lahan tersebut. Lanjutannya adalah bagaimana mempergunakan data untuk riset. Kerja sama sharing data untuk mendukung riset lanjutannya. Kolaborasi dengan semua periset,” pungkas Cipta. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com