KOMPAS.com - Rencana pemerintah untuk menjadikan Indonesia pemain kunci ekonomi digital perlu dipersiapkan secara matang. Salah satunya dengan penguatan kompetensi guru sebagai ujung tombak pembelajaran, termasuk program SMK.
Hal ini menjadi salah satu latar belakang pelaksanaan pelatihan guru SMK yang mengangkat tema "Revitalisasi Pembelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital untuk Menyongsong Revolusi Industri 4.0" yang digelar Direktorat Pembinaan SMK (PSMK) Kemendikbud dan digelar sejak 29 Juli - 3 Agustus 2019.
Program ini merupakan hasil kerja sama antara Kemendikbud, Charisma Multimedia Education dan Edupec serta didukung Bina Nusantara (Binus) University. Kegiatan pelatihan menghadirkan Indra Charismiadji, pemerhati dan praktisi pendidikan selaku instruktur dan diikuti para guru dari 20 SMK berbagai kota di Indonesia.
"Kegiatan ini merupakan bagian meningkatkan mata pelajaran simulasi digital. Dengan pelatihan ini diharapkan guru-guru dapat meningkatkan kemampuan mereka menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada dan kemudian membagikannya kepada siswa-siswa nantinya," jelas Arfah Laidah Kasie Evaluasi Direktorat PSMK.
Arfah juga mengharapkan melalui kegiatan ini nantinya para guru dapat mendorong para siswa berkolaborasi untuk meningkatkan kreativitas dan juga membuat siswa lebih berpikir secara kritis.
Baca juga: Ini Upaya Pemerintah untuk Tingkatkan Kompetensi Siswa SMK
Hal senada disampaikan Indra Charismiadji, "Pak Jokowi ingin vokasi ini didorong, untuk itu kita harus bekerja secara serius. Di era sekarang yang dibutuhkan adalah anak bisa berkolaborasi, anak bisa berkomunikasi, bisa berpikir dan kreatif."
Di tengah upaya menempatkan Indonesia sebagai salah satu pemain utama ekonomi digital, Indra justru menyampaikan ternyata kompetensi siswa kita masih jauh dari harapan itu.
"Kita justru paling paling lemah. Dua minggu lalu saya diundang di ke KEI (Komite Ekonomi dan Industri) dan mereka sampaikan ternyata Indonesia masih kekurangan programmer. Kita mau jadi pemain serius di ekonomi digital tapi kok kita lebih banyak menggunakan tenaga India atau Cina," ujar Indra.
Indra menilai ternyata kelemahan pertama anak-anak Indonesia ini adalah sulit dalam berkolaborasi. "Jadi kerjasama itu susah. Yang satu cebong, yang satu kampret, jadinya anak kita harus banyak belajar bagaimana caranya bisa berkolaborasi," tegas Indra.
Selain itu, soal kedua yang menjadi tantangan menurut Indra adalah bagaimana membangun kemampuan kreatif siswa. "Siswa kita kalau disuruh gambar pemandangan, semuanya sama gambarnya: gunung dua," ujarnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.