Untuk menunjang kegiatan membaca ini, tiap kelas di MI NU dan MI At Tholibin sekarang ini juga sudah memiliki sudut atau pojok baca. Buku-buku yang diletakkan di Sudut baca atau pojok baca ini ada yang berasal dari perpustakaan, ada juga yang berasal dari sumbangan orang tua siswa.
“Kami banyak mendapatkan bantuan buku dari orang tua siswa. Kami kumpulkan mereka dan kami meminta pada mereka untuk ikut secara sukarela menyukseskan program literasi di sekolah kami dengan menyumbangkan buku,”ujar Riska.
Ada banyak ide-ide kreatif para guru untuk membuat literasi siswa semakin baik setelah mengikuti "Program Pintar" dari Tanoto Foundation,
Misalnya Anisa Surya guru kelas V SDN 009 Balikpapan, agar siswa pandai bercerita saat pembelajaran tentang materi interaksi manusia dengan lingkungan dan dampaknya sehari-hari, ia meminta siswa dalam bentuk kelompok membuat komik yang bercerita tentang banjir dan solusinya.
Para siswa ternyata membuat banyak jenis kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi banjir, misalnya menggambar orang bergotong royong membersihkan got, membuat sampah pada tempatnya, menanam banyak pohon dan lain-lain. “Saya mendorong mereka untuk bercerita dengan bahasanya sendiri,” ujar Annisa.
Demikian juga Tira guru kelas V di SDN 003 Tenggarong, setelah banyak membaca, para siswa juga beberapa kali diminta membuat komik dengan cerita sendiri. Salah satu temanya juga tentang lingkungan.
“Setelah banyak membaca ternyata imajinasi siswa semakin baik. Ini terlihat dari komik yang dihasilkan. Kata-kata yang dituliskan sebagai percakapan dalam komik itu menarik, bahkan mereka juga menuliskan bunyi-bunyi yang memungkinkan yang terjadi di komik tersebut. Misalnya mereka menuli gedebum pada objek yang jatuh atau bebunyian yang lain seperti terbang, menendang dan lain-lain,” ujar Ibu Tara.
Beberapa guru juga langsung menghubungkan pembelajaran dengan literasi. Misalnya Dyah Puspa dari SMP 1 Balikpapan. Ia sering meminta siswanya mengerjakan tugas dengan membaca banyak buku-buku referensi yang relevan dengan tugas yang diberikan.
“Misalnya saat kami membuat mind map Atkinson tentang lingkungan, para siswa saya minta juga membawa buku-buku referensi yang relevan, lalu kami berangkat bersama-sama ke hutan untuk mengamati lingkungan disana. Mereka mengamati hutan dan membaca buku untuk memecahkan soal-soal yang saya berikan,” ujar ibu Dyah.
Agar siswa semakin tertarik membaca, sekolah-sekolah mitra program Pintar juga melakukan strategi mendekatkan siswa dengan buku. Strategi ini dilakukan dengan membuat pojok baca di kelas, Taman Baca, Mading, dinding baca dan lain lain. “
Di MI NU kami membuat Halte baca dan stasiun baca. Keduanya berbentuk seperti dipan dan terletak di luar kelas. Sedangkan di Lantai tiga, kami membuat terminal baca, “ ujar Lusi Ambarani,
Menurut Gunanto, kepala Madarasah MINU, dengan strategi mendekatkan siswa dengan buku seperti itu terbukti para siswa semakin suka membaca. “Mereka jadi terpapar terus menerus dengan buku. Kemana mana mereka melihat buku,” ujarny.
Dampak dari kegiatan membaca ini sekarang sudah mulai kelihatan di sekolah-sekolah tersebut.
“Anak-anak kelas dua yang saya asuh, mulai kaya dengan kosa kata. Mereka juga mampu membuat cerita dengan kalimat panjang-panjang, seperti saat saya tugaskan membuat cerita tentang bencana alam. Mereka mampu menggambar dengan baik dan bahkan diantara mereka membuat deskripsinya lebih dari 10 kalimat. Bagi saya ini perkembangan luar biasa,” ujar Lusi Ambarani menutup cerita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.