Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Inspiratif Antonia Asri, Meniti Karir Desainer di Amerika Serikat

Kompas.com - 11/09/2019, 14:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

KOMPAS.com - Saya meyakini bahwa menulis adalah salah satu terapi untuk tidak lekas menjadi pikun. Maka inilah tulisan "serius" pertama saya setelah masa pensiun tiba. Sebuah tulisan yang tak jauh dari urusan orang tua.

Secara tak sengaja, saya bertemu dengan Mas Slamet Widodo, penyair dan pengusaha yang sudah lama saya kenal.

Saat pertemuan itu, beliau bilang, sedang memikirkan puterinya yang kuliah di Amerika. "Dia lulus sangat memuaskan, dan diminta berkarier di sana oleh pihak kampus. Masalahnya, dia tak mendapatkan izin tinggal," katanya.

Maka, sebagai sesama orangtua, kami pun berbincang santai tapi serius. Bagaimana caranya menolong Asri Antonia, putrinya yang jelita khas puteri Jawa itu bisa mengasah dan mempraktikkan ilmunya di negeri Paman Sam.

Sarat prestasi

Saat saya menyaksikan riwayat hidupnya, segera saya disergap ketakjuban. Anak ini kelahiran Jakarta 1996. Dia mendapat beasiswa dari California College of the Arts’ merit-based scholarship, beasiswa parsial berdasarkan pada prestasi sebesar 45.000 dollar AS.

Baca juga: Bagus Muljadi, Titik Balik Anak Betawi IPK 2,69 jadi Ilmuwan Kelas Dunia

Kemudian, Angelo Donghia Foundation National Competition, dengan memenangi kompetisi nasional dan mendapatkan beasiswa sebesar 30.000 dollar AS. Angelo Donghia adalah interior designer asal Amerika Serikat, terkenal karena inovasinya dalam mencipta motif tekstil dan wallpaper.

Ia juga mendapatkan penghargaan Architecture Division Jury Prize: Advanced Technology, Digital Modeling, & Rapid Prototyping. Penghargaan ini didapat setelah berpartisipasi dalam kompetisi arsitektur yang diselenggarakan oleh California College of the Arts’.

Bukan hanya untuk menguji kreativitas tapi juga untuk menantang kemampuan pelajar dalam menggunakan modern software dan mesin-mesin prototype (3D printer, laser cutter, dan CNC mill).

Inspirasi Indonesia

Asri, demikian dia dipanggil, mengaku bahwa tujuan awalnya menuntut ilmu di negara asing adalah untuk membandingkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia dan masyarakat luar negeri.

"Semakin jauh dari Tanah Air, semakin saya sadar bahwa Indonesia sangatlah kaya akan budaya, seni, musik, dan sejarah yang tidak tergantikan. Semakin lama tinggal di sini, saya juga semakin saya sadar bahkan karya-karya yang saya ciptakan sangat terikat dengan budaya Indonesia sendiri," kata Asri. 

Asri mengaku, banyak karya yang dia buat mencerminkan motif yang dinamis, detail, dekoratif, yang dia percaya terinspirasi dari motif kain dan ukiran Indonesia.

"Saya bahkan belajar menenun di negeri Paman Sam karena rindu akan budaya Indonesia yang begitu murni," kata Asri.

Misi Asri selanjutnya adalah untuk membawa seni Indonesia di dunia luar dengan cara memperkenalkan keistimewaan dan ciri dari seni Indonesia sendiri. "Karakteristiknya yang sangat dekoratif dan bermakna sejarah ingin saya bagi disini," katanya. 

Seni dan komputer

Perjalanan Asri ke Amerika Serikat dimulai dari Foothill College sebagai pelajar Seni Murni/Fine Arts. Asri mengaku mencintai bidang seni, karena selalu dikelilingi oleh orang-orang yang menjunjung kreativitas.

"Selama 18 tahun saya tinggal di sebuah rumah yang bapak dan ibu saya desain sendiri," katanya. Sembari bereksperimen dengan berbagai media seperti arang, akrilik, cat air, pastel - ia menyadari bahwa ada ketertarikan untuk menjelajahi dunia komputer dan mesin.

Pada akhirnya ia menemukan bahwa kedua minat di bidang seni dan komputer bisa ia dapatkan di program desain interior. Setelah mengumpulkan 20 lembar portofolio, ia akhirnya diterima di universitas ternama California College of the Arts.

Beasiswa yang ia terima 15.000  dollar AS per tahun yang bisa didapatkan selamat 3 tahun asalkan ia bisa mempertahankan prestasi. "CCA menduduki peringkat 15 sekolah Art Design di West Coast dan peringkat 47 di AS," kata Asri.

Pengalaman yang berharga sebagai pelajar internasional di California College of the Arts adalah kesempatan untuk berpartisipasi dalam organisasi, kompetisi, dan segala aktivitas yang diselenggarakan oleh universitas ini.

Proyek instalasi

Selama bersekolah Asri bekerja di studio rapid prototyping sebagai supervisor untuk membantu mahasiswa mengoperasikan mesin prototyping seperti CNC mill, 3D printer, dan laser cutter.

Karena kesempatan inilah ia bisa membuat proyek instalasi yang kompleks dan memenangkan Architecture Division Jury Prize: Advanced Technology, Digital Modeling, & Rapid Prototyping.

"Saya juga sempat membantu program orientasi CCA Summer Start dan membawa mahasiswa/i baru untuk tour di San Francisco," tuturnya.

Menurut Asri, mendapatkan beasiswa untuk menyelesaikan studi di Amerika bukanlah hal yang mudah tetapi juga bukan sesuatu yang mustahil.

Banyak kesempatan di mana mahasiswa internasional bisa meraih beasiswa dengan menjalani kompetisi desain yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi arsitektur dan desain interior seperti NEWH, IIDA, atau Angelo Donghia Foudation.

Organisasi-organisasi ini menyelenggarakan sayembara di mana pelajar dari berbagai universitas bisa berpartisipasi untuk membuat proyek sesuai dengan tema yang dipilih.

Semangat jalani hidup

Pada tahun 2017, kepala divisi Interior Design akhirnya memilih Asri untuk mewakili CCA di kompetisi Angelo Donghia Foundation.

"Saya mengerjakan proyek The Harbor selama 1 semester untuk bersaing dalam kompetisi tersebut dan pada akhirnya terpilih sebagai pemenang dan mendapatkan beasiswa sebesar 30.000 dollar AS untuk melunasi edukasi di tahun terakhir," kata Asri.

Proyek ini disponsori oleh organisasi non-profit Positive Resource Center. PRC mempunyai misi untuk membantu mereka yang terinfeksi penyakit HIV/AIDS untuk mendapatkan akses kesehatan, rumah tinggal, dan pekerjaan.

Tema dari proyek ini adalah ‘The Harbor’ yang sejalan dengan visi/misi PRC untuk memberikan tempat bernaung untuk klien-klien nya. Proyek ini sendiri mencakup kantor, galeri seni, dan juga restoran di dalam bangunan dua tingkat seluas 3.716 meter persegi. Konsep ini tampak dari struktur plafon yang menyerupai struktur kapal dan dermaga.

Semua kesempatan ini Asri dapatkan karena CCA benar-benar ingin siswa-siswinya terlibat dalam segala acara. Lingkungan ini juga mendorong Asri untuk menjadi proaktif dan semangat dalam menjalani kehidupannya di sana.

Penghargaan profesi

Sekarang Asri sudah mempraktikkan studi saya di dalam dunia profesional, baik komersial maupun residensial. Beberapa hotel besar, golf club, dan beach club di berbagai negara.

Saat ini, Asri merasa, pekerjaan di bidang arsitektur dan desain interior kurang diapresiasi di Tanah Air. Banyak klien yang menyepelekan proses desain dan menyediakan anggaran yang sangat kecil untuk proyek pembangunan.

Arsitektur dan desain interior bukanlah bidang yang hanya menjunjung keindahan estetik tetapi juga memikirkan fungsi, pembagian ruang, pencahayaan, agar tempat tersebut nyaman untuk ditempati.

"Saya khawatir apabila desainer tidak dihargai di tanah sendiri, desainer muda akan alih profesi dan Indonesia akan kehilangan talenta yang sebenarnya bisa membawa budaya Indonesia lebih jauh ke dunia internasional," katanya.

Asri bekerja sebagai desainer interior di perusahaan arsitektur ternama Hart Howerton. Beberapa proyek komersial yang ia kerjakan mencakup golf club, beach club, boutique hotel, dan private cottage.

Indonesia patut dipekernalkan

Ia mengaku fasih dalam mengoperasikan software modern seperti Revit, Rhinoceros, Lumion, dan Grasshopper. "Saya dipercaya untuk membuat presentasi dalam bentuk virtual reality," katanya.

Selama bersekolah ia bekerja di studio rapid prototyping sebagai supervisor untuk membantu mahasiswa mengoperasikan mesin fabrikasi digital seperti CNC mill, 3D printer, dan laser cutter.

"Karena kesempatan inilah saya bisa membuat proyek instalasi yang kompleks dan memenangkan Architecture Division Jury Prize: Advanced Technology, Digital Modeling, & Rapid Prototyping," katanya. 

Selamat 5 tahun tinggal di Amerika, Asri mengaku belajar banyak tentang budaya asing, bagaimana menghargai perbedaan dan bagaimana bekerja sama untuk membangun masyarakat yang utuh.

"Saya menjadi sadar bahwa budaya dan seni Indonesia patut diperkenalkan di sini," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com