KOMPAS.com - Transformasi bukan hal baru bagi Kompas. Era Soekarno dan Soeharto Kompas melakukan transformasi saat berhadapan dengan pemerintah. Namun transformasi terbesar adalah saat Kompas menghadapi perkembangan dunia digital.
Hal inilah yang dibagikan Andy Budiman, CEO KG Media dalam Kuliah Umum atau Studium Generale di Bina Nusantara (Binus) University, Jakarta (3/10/2019) dengan mengangkat tema
“Purpose Driven Transformation”.
"Dengan kuliah umum ini, mahasiswa dapat belajar dari para praktisi yang memang sudah mumpuni di bidangnya. Yang kami undang dalam kuliah umum ini adalah para CEO atau pemimpin perusahaan yang kita lihat sangat memiliki kompetensi yang luar biasa di bidang masing-masing, dan hari ini kita mengundang Bapak Andy Budiman CEO Kompas Gramedia," jelas Meyliana, Vice Rector Global Employability & Entrepreneurship Binus University.
Baca juga: Wajah Baru Kanal Edukasi Kompas.com, Kian Cerdaskan Kehidupan Bangsa
"Dari fisik ke digital menurut saya merupakan tantangan terbesar dunia media saat ini karena saya melihat banyak media gagal, yang tutup, yang hilang dan Kompas berhasil melakukan transformasi dalam menghadapi era disrupsi digital ini," ujar Mei
Mahasiswa Binus University sangat antusias dan tertarik mengikuti kuliah umum yang disampaikan CEO KG Media sehingga meski sudah memenuhi kapasitas tempat duduk, mereka rela memenuhi tangga dan area depan panggung.
"Saya mencoba menyosialisasikan kepada teman-teman yang muda-muda ini, kepada teman-teman mahasiswa mengenai apa sih purpose Kompas. Dari awal berdirinya Kompas adalah media yang berdiri di atas fakta bahwa Indonesia ini majemuk," ujar Andy Budiman.
Andy melanjutkan, "Kompas bukan media yang mementingkan atau terafiliasi dengan salah satu golongan, tapi harian untuk umum. Selain itu Kompas sebagai media cetak saat awalnya memiliki peran sebagi early warning system, sebagai polite watchdog atas negara ini, terutama terhadap pemerintah."
"Sehingga Kompas kalau mau diartikulasikan purpose-nya adalah menghibur yang papa dan mengingatkan yang mapan. Dan purpose itu tetap relevan dan tetap kami jaga sampai hari ini," tegas Andy.
Andy juga menyampaikan ada berbagai tranformasi yang harus dilakukan ketika kita mengalami disrupsi. "Karena perubahan era disrupsi ini sedemikian cepat, kalau kita tidak punya pegangan, kita akan hanyut kalau tidak punya purpose atau tujuan kita mau apa."
Ia kemudian mengajak para mahasiswa untuk bisa menggali dan mengartikulasikan purpose atau dari tujuan itu.
"Memang menjadi sebuah paradoks di dunia digital. Satu sisi kita seperti kapal besar di mana kapal itu harus stabil harus tahu arahnya ke mana. Namun di sisi lain kita harus juga menjadi seperti burung kolibri yang sangat lincah. Lincah dan arahnya harus jelas. Di sinilah fungsinya purpose yakni memberi arah yang jelas," ujar Andy.
Jordan Johan, Binusian angkatan 2023 dari jurusan Marketing Communication mengatakan banyak belajar dari kuliah umum yang disampaikan Andy Budiman.
"Saya belajar bahwa kita harus mengikuti perkembangan zaman. Harus berani melakukan terobosan-terobosan baru namun tanpa harus kehilangan arah," ujar Jordan.
Komitmen inilah yang membuatnya masih menggunakan Kompas dalam rujukan atau validasi berita yang banyak beredar saat ini. "Saya mengikuti Kompas terutama online-nya. Kompas merupakan media yang tidak diragukan lagi. Terutama saat saya harus mencari informasi yang valid, ya di Kompas," menurutnya.
Hal senada disampaikan Meyliana yang memandang acara ini menjadi kesempatan bagi para mahasiswa Binus University untuk belajar langsung dari ahlinya.
"Topiknya sangat menarik karena dari sini mereka bisa belajar practical-nya, nyatanya, bagaimana media yang kuat harus berubah karena teknologi," ujar Meyliana.
Ia menambahkan, "Ini pengalaman nyata bagi mahasiswa mereka belajar dari ahlinya di mana Pak Andy termasuk generasi milenial namun ia harus memimpin sebuah perusahaan dengan pola lama dan harus beradaptasi dengan perkembangan zaman."
Industri 4.0 juga mendorong Binus memberikan bekal kepada mahasiswa agar tidak tergerus oleh zaman. "Kami mengubah kurikulum dalam bentuk major-minor di mana jurusan non IT dapat mengambil jurusan IT, atau jurusan IT bisa paham hal-hal yang non IT."
"Termasuk bagaimana kami mengubah pola pembelajaran agar mahasiswa dapat menggunakan teknologi sebagai bagian dalam pembelajaran sehingga mahasiswa nantinya benar-benar siap dalam menghadapi era revolusi 4.0," tutup Meyliana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.