Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/10/2019, 20:42 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Banyak orang tua masih menganggap gawai, telepon pintar atau HP hanya sebagai alat komunikasi dan hiburan semata dan belum memberikan manfaat baik bagi putra-putri mereka.

Padahal, ada banyak hal luar biasa bisa diperoleh dari penggunaan gawai ini, utamanya untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Hanya saja belum banyak sosialisasi untuk memperbaiki pandangan ini.

Ini menjadi keresahan tersendiri bagi Sasmiati atau akrab Sasha, Fasilitator Daerah Program Pintar yang merupakan Guru SD Negeri 027 Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Tercetuslah ide, untuk menggabungkan konsep MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi) yang didapat dari pelatihan Pembelajaran Baik Tanoto Foundation, dan fungsi Portal Rumah Belajar yang digagas Pustekkom dan Kemdikbud.

Tidak semua orangtua percaya

Kali ini, Sasha, memfokuskan pada muatan pelajaran IPS, salah satu ilmu yang kurang disukai siswa karena dianggap membosankan dan hanya hafalan. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning, siswa diajak untuk menggali bersama latar belakang masalah dan bagaimana memecahkan masalah tersebut.

Baca juga: Teknologi Gairahkan Antusiasme Pembelajaran di Daerah 3T

Pembelajaran Kurikulum 2013, hanya berisi pokok-pokok bahasan yang membutuhkan penembangan kreatifitas dari guru agar tujuan atau pesan dari KD (Kompetensi Dasar) sebuah muatan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa.

Disinilah gawai mengambil peran dalam proses pembelajaran. Dari gawai, banyak bahan bacaan dapat dijadikan materi pembelajaran.

Pada muatan pembelajaran IPS kali ini, dengan topik Interaksi Manusia dengan lingkungan, guru mengajak siswa mengenali bencana alam yang ada disekitarnya dan memahami cara menghadapi kemudian bersama-sama menemu kenal cara pencegahannya.

Sehari sebelum materi diberikan, Sasha meminta siswa membawa gawai untuk pembelajaran berikutnya. Tentunya, sebelumnya guru telah berkomunikasi dengan orangtua.

Namun ternyata tidak semua orangtua percaya gawai yang dibawa siswa nanti, akan benar-benar digunakan untuk belajar. Alhasil, hanya sebagian siswa yang membawa gawai ke sekolah.

Mengalami dan berinteraksi

 

Namun ini tidak akan menjadi kendala dalam pembelajaran.

Setelah siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok diberi beberapa bacaan terkait dengan topik pembelajaran. Kemudian secara berkelompok siswa mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pertama.

Tiap kelompok diminta mengidentifikasi penyebab terjadinya bencana alam. Lalu mereka membuat pemetaan tentang kerugian apa saja yang ditimbulkan dari bencana tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com