Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Workshop Guru JIS di NTB dan Upaya Mendatangkan Kegembiraan dalam Pembelajaran

Kompas.com - 15/10/2019, 20:34 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Bencana gempa bumi pada Juli 2018 menyisakan trauma mendalam pada warga Lombok Timur, khususnya anak-anak usia di bawah 6 tahun.

Tercatat, sebagai wilayah terluas di Nusa Tenggara Barat, Lombok memiliki sekitar 400 Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Anak Usia Dini yang menangani sekitar 16.000 anak. Separuh dari jumlah seluruh sekolah itu mengalami kerusakan.

“Lebih dari 200 sekolah TK dan PAUD terdampak bencana tahun lalu. Walau masih ada trauma, anak-anak masih antusias untuk melakukan kegiatan belajar di bangunan sementara maupun tenda-tenda," cerita kata Suka, Kepala Balai Pengembangan PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Nusa Tenggara Barat.

Ia menuturkan beberapa bangunan permanen juga sudah berdiri, tetapi anak-anak sempat mengeluh panas karena tidak ada kipas angin.

Meski terdengar seperti keluhan sederhana, anak-anak di wilayah bencana sesungguhnya mengalami problem jauh lebih berat sehingga sulit menerima pelajaran.

Baca juga: Menyanding Gawai Dalam Kelas, Menjadikan Lawan Jadi Kawan Pembelajaran

Kondisi dialami anak-anak korban bencana di Lombok menggugah Tarek Razik, Head of School Jakarta Intercultural School (JIS) dan tim Jakarta Intercultural School untuk bertindak.

Greg Zolkowski, Community Educational Outreach Coordinator JIS dan tim berangkat ke lokasi bencana di Selong, Nusa Tenggara Barat, pada akhir September lalu.

Memotivasi belajar lewat bermain

“Periode TK dan PAUD merupakan masa kritis bagi anak-anak untuk mengembangkan ketrampilan kognitif, kompetensi sosial, emosi serta kesehatan mental. Ini adalah pondasi bagi mereka untuk meraih sukses saat dewasa," ujar Razik.

Karena itu, JIS tergerak untuk membuat para murid kembali bersemangat dalam belajar melalui workshop bagi para guru.

"Dalam misi ini, JIS membawa tim khusus mengajarkan guru TK dan PAUD di Lombok Timur agar dapat memotivasi anak belajar melalui bermain atau learn through play,” ujar Razik.

Tarek menambahkan, bermain adalah salah satu cara penting bagi anak dalam menggali ketrampilan dan kemampuan berpikir.

Anak pun dapat terlibat aktif secara fisik dan mental dalam pengalaman ini sehingga mereka dapat berekspresi, merasakan tantangan baru serta mencari tahu lebih jauh tentang lingkungan di sekitarnya.

Manfaatkan barang sekitar lingkungan

Tim guru Jakarta Intercultural School (JIS) di bawah Greg Zolkowski, Community Educational Outreach Coordinator JIS dan tim berangkat ke lokasi bencana di Selong, Nusa Tenggara Barat, pada akhir September lalu untuk memberikan workshop kepada guru TK dan PAUD.DOK. JIS Tim guru Jakarta Intercultural School (JIS) di bawah Greg Zolkowski, Community Educational Outreach Coordinator JIS dan tim berangkat ke lokasi bencana di Selong, Nusa Tenggara Barat, pada akhir September lalu untuk memberikan workshop kepada guru TK dan PAUD.

Namun tantangan mengajak anak belajar sambil bermain di lokasi pasca-bencana cukup besar.

Guru-guru di Lombok kesulitan menemukan alat bermain yang memadai. Karena itu, tim JIS menginspirasi para guru setempat agar lebih kreatif memanfaatkan benda maupun barang bekas dari lingkungan sekitar yang tetap bisa digunakan untuk menggali kemampuan anak dalam proses belajar," ujar Greg Zolkowski.

Greg menambahkan, "Mereka bisa menyentuh dan merasakan langsung benda-benda, seperti kayu, daun-daun kering, botol atau barang bekas lain. Workshop ini dilakukan dengan perspektif bahwa guru-guru di wilayah bencana ini tidak memiliki sumber daya apapun di lapangan.” 

Sebanyak 30 guru dari 20 sekolah TK dan PAUD menghadiri workshop yang digelar oleh Greg dan tim, bekerja sama dengan Direktorat PAUD & Pendidikan Masyarakat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Mereka terlibat aktif dalam sejumlah workshop, antara lain Mengembangkan Pemikiran Matematika melalui Permainan, Mengembangkan Pembelajaran Sosial-Emosional melalui Permainan Drama dan Strategi Membangun Bahasa dan Literasi.

Diseminasi praktik pembelajaran

Greg menilai, workshop ini berhasil menginspirasi para guru untuk dapat memotivasi anak-anak agar terlibat dalam proses belajar yang menyenangkan. 

Acara ini juga melibatkan Allyson Pulls Dharmadji, guru PAUD yang telah berpengalaman selama lebih dari 25 tahun di JIS, Theresia Puji Suryanti, pengajar JIS, serta Fransisca Yuliasari dan Supriyanti, Assitant Elementary Teacher.

“Saya suka pelajaran memanfaatkan barang-barang bekas menjadi permainan serta bermain peran dengan alat-alat sederhana. Saya akan menerapkan model pembelajaran aktif dan lebih peka lagi menggunakan bahan dari alam di sekitar untuk pembelajaran,” ujar salah satu peserta.

Suka juga menambahkan, “Workshop satu hari ini sangat menarik bagi para guru dan kami berencana mengadopsi teknik-teknik yang dipelajari untuk disebarkan kepada para guru lain yang menangani ribuan murid di Lombok Timur.”

Dalam perjalanan ini, JIS juga menyampaikan donasi berupa buku-buku dan alat-alat gambar untuk anak-anak di Lombok Timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com