Ekspedisi Bhinneka, Menumbuhkan Lagi Ruang Rindu Indahnya Keberagaman

Kompas.com - 04/11/2019, 12:07 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Menerima perbedaan dan melihat keberagaman sebagai sebuah keindahan menjadi salah satu kerinduan generasi Z Indonesia yang kemudian coba ditularkan oleh peserta Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa untuk negeri ini.

Ekspedisi yang digagas Yayasan Helping Hands ini bertujuan menyatukan berbagai anak bangsa dari Aceh hingga Papua, dengan beragam suku, agama hingga perbedaan kondisi fisik ke dalam sebuah kurikulum ekspedisi alam outdoor education yang dilangsungkan di OBI Eco Campus, Jatiluhur, Jawa Barat, dari tanggal 25 Oktober hingga 1 November 2019.

Wendy Kusumowidagdo (Direktur Eksekutif Yayasan Helping Hands) menjelaskan Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa sejatinya adalah program beasiswa pertukaran pelajar setara SMU dengan melibatkan pula pelajar Sekolah Luar Biasa, yang notabene penyandang disabilitas.

Keistimewaan program Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa terletak pada upaya mengintegrasikan siswa dari beragama suku bangsa, etnis, agama, termasuk remaja difabel untuk menghadapi tantangan alam dan menyelesaikan tantangan dalam kesatuan semangat apapun kondisinya.

Ekspedisi Bhinneka untuk Bangsa

“Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa adalah program inklusivitas secara utuh tanpa batas. Misi besarnya agar para penerus perjuangan bangsa ini mendapatkan pengalaman dan pembelajaran bersama melalui tantangan ekspedisi alam untuk mengembangkan karakter diri, kerjasama, dan toleransi di tengah tantangan, perbedaan dan keberagaman,” ungkap Wendy dalam konferensi pers di Jakarta (1/11/2019).

Baca juga: Kisah Para Siswa Penyandang Disabilitas yang Tidak Ingin Dianggap Sebagai Beban

Tahun ini dari 400 lebih pelamar terpilih 29 siswa berasal dari Sumatera, Banten, DKI Jakarta, Yogyakarta, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, NTT, hingga Papua terlibat dalam program ini. 

Setelah mengikuti outdoor education, peserta diajak mengiktui master class bersama para pakar mengenai isu-isu perempuan, minoritas, disabilitas, lingkungan hidup dan seni. Para pembicara yang terlibat dalam sesi berbagi ini di antaranya; Angkie Yudistia (Founder dan CEO ThisAble), Hannah Al Rashid (Aktris dan Pegiat pencak silat), Ananda Sukarlan (Komposer dan Pianis internasional) serta Hari Prast, (Komikus).

Wendy menyampaikan, program ini tidak akan berhenti saat peserta selesai mengikuti program. Pihaknya akan tetap melakukan pendampingan sekembalinya peserta ke daerah masing-masing.

"Kami tetap mendampingi mereka saat mereka kembali ke daerah masing-masing. Ada tugas dan juga laporan yang masih akan mereka lakukan untuk membagikan pengalaman yang telah mereka peroleh, baik kepada teman-teman di sekolah maupun melalui sosial media yang mereka miliki," ujar Wendy.

Mendobrak stigma masyarakat

Master Class peserta Ekspedisi Bhinneka untuk Bangsa di Jakarta (1/1/2019) yang digelar Yayasan Helping Hands menghadirkan beberapa pembicara utama di antaranya Ananda Sukarlan (pianis dan kompinis), Angkie Yudistia (pendiri Thisable) dan Hannah Al Rasyid (aktris dan pegiat pencak silat). DOK. KOMPAS.com/YOHANES ENGGAR Master Class peserta Ekspedisi Bhinneka untuk Bangsa di Jakarta (1/1/2019) yang digelar Yayasan Helping Hands menghadirkan beberapa pembicara utama di antaranya Ananda Sukarlan (pianis dan kompinis), Angkie Yudistia (pendiri Thisable) dan Hannah Al Rasyid (aktris dan pegiat pencak silat).

"Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana mengubah pandangan masyarakat bahwa teman-teman disabilitas ini memiliki kemampuan yang sama seperti teman-teman yang non-disabilitas," ujar Angkie Yudistia, pendiri dan CEO Thisable.

Angkie menambahkan, "Mereka (teman disable) mampu asalkan diberikan akses dan kesempatan yang sama. Inilah tantangan dalam membangun masyarakat yang inklusi. Kita tidak bisa terus mengharap pemerintah, masyakat harus terlibat sejak dini."

Hal senada disampaikan Ananda Sukarlan, pianis dan komposer. "Sudah ratusan tahun masyarakat kita memandang bahwa penyandang disabilitas mereka tidak mampu. Sebenarnya, tidak ada itu yang namanya disabilitas. Kita semua sama. Disabilitas itu ada karena tidak ada akses untuk mereka," tegas Ananda.

Lebih jauh Wendy memaparkan melalui Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa diharapkan setiap peserta dapat belajar bahwa semua orang dapat hidup berdampingan, apapun latar belakang kehidupan dan kondisi fisiknya.

“Hal ini dapat tercapai apabila kita bertoleransi dan bekerjasama. Kami juga berharap bahwa tiap siswa yang mengikuti Ekspedisi Bhinneka Bagi Bangsa akan meyakini bahwa #DisabilitasBukanHalangan untuk maju dan bukan halangan untuk maju bersama," ujar Wendy.

Angkie menambahkan, "Kita berharap dari peserta Ekspedisi Bhinneka untuk Bangsa ini akan lahir pemimpin-pemimpin masa depan yang akan membangun membangun negara yang penuh toleransi."

"Aku Bhinneka bagi Bangsa, Kamu Bhinneka bagi Bangsa, Kita Bhinneka bagi Bangsa!" seru seluruh Tim Garuda, peserta Ekspedisi Bhinneka 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau