KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadikan kesehatan menjadi bidang prioritas riset dan inovasi karena manfaatnya dirasakan langsung masyarakat.
Belum menjadi "tuan rumah" di negeri sendiri adalah "PR besar" pengembangan riset kesehatan, obat-obatan dan juga alat kesehatan di Indonesia saat ini.
"Biodiversity yang cukup besar belum kita manfaatkan misalnya untuk bahan baku obat. Kita masih mengimpor sekitar 90 persen bahan baku obat untuk memenuhi perbaikan pelayanan kesehatan masyarakat," ungkap Menristek Bambang Brodjonegoro dalam Orasi Ilmiah Sidang Universitas Airlangga (Unair) dalam rangka Dies Natalis ke-65, di Surabaya (11/11/2019).
Oleh karena itu, dengan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, Menteri Bambang mendorong lembaga riset dan perguruan tinggi Indonesia, salah satunya Universitas Airlangga untuk memperkuat riset dan inovasi di bidang kesehatan sehingga dapat dihasilkan produk obat-obatan dan alat kesehatan unggulan dalam negeri.
Baca juga: Menristek Bambang: Hasil Inovasi Universitas Membawa Dampak bagi Masyarakat
Dalam kesempatan sama, didampingi Rektor Unair Prof. Mohammad Nasih, Menristek Bambang Brodjonegoro meluncurkan produk inovasi unggulan Unair yakni stem cell dan cangkang rumput laut.
"Salah satu keunggulan riset inovasi dari Airlangga adalah di bidang kesehatan dan obat. Itu tentunya berdampak lamgsung pada kebutuhan masyarakat. Yang dilakukan Universitas Airlangga cukup revolusioner sehingga kita harapkan sistem pengobatan stem cell dapat tersedia di indonesia dengan biaya lebih terjangkau dibandingkan kalau pasien indonesia harus ke luar negeri," ujar Menristek.
Ia melanjutkan, "Kita harapkan pengembangan stem cell ini terus berlanjut sehingga semakin banyak jenis penyakit yang dapat disembuhkan."
Terkait pengembangan riset cangkang kapsul dari rumput laut, Menristek Bambang mengharapkan inovasi ini dapat menggantikan cangkang kapsul berbahan dasar hewani yang terjadang dipertanyakan kehalalannya.
"Ini bisa menjadi alternatif bagi masyarakat Indonesia untuk menggunakan cangkang kapsul rumput laut dengan biaya yang relatif tidak teralu berat," ujarnya.
Untuk itu, Menrsitek memandang perlu melakukan perubahan paradigma pembangunan ke depan dengan SDM unggul, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk merubah paradigma pembangunan ekonomi dari Resource Based Economy ke Innovation Based Economy.
"Inovasi tidak dilaksanakan sendiri-sendiri, akan tetapi harus dilakukan melalui sinergi antara semua stakeholders nasional antara lain Akademisi, Bisnis dan Pemerintah atau biasa disebut Triple-Helix," jelasnya.
Menurutnya, dalam rangka pelaksanaan strategi riset dan inovasi diperlukan dukungan penuh semua pihak untuk membawa hasil-hasil riset menjadi inovasi yang selanjutnya dikembangkan bisnis-bisnis baru atau membantu industri kesehatan dan industri lain nasional dalam meningkatkan daya saing.
Menteri Bambang dalam orasi ilmiahnya juga mengapresiasi sumbangsih Unair yang telah melahirkan ratusan ribu lulusan serta menghasilkan riset dan inovasi untuk mendukung pembangunan nasional sekarang dan dimasa yang akan datang.
Unair saat ini telah banyak melahirkan inovasi yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan bangsa Indonesia terutama di bidang kesehatan, peternakan, dan lain sebagainya.
"Ini membuktikan bahwa kita mampu untuk mengembangkan dan memproduksi sendiri obat-obatan dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat," ungkap Menteri Bambang. Menteri Bambang berharap Unair terus berkembang dan melakukan inovasi-inovasi baru guna menghadapi tantangan masa depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.