Milad ke-64 UMJ: Ubah Paradigma Pendidikan Hadapi Tantangan Global

Kompas.com - 18/11/2019, 17:38 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Bertepatan dengan milad ke-64, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menggelar wisuda sarjana ke-71 dan wisuda pascasarjana ke-40 bagi 1.770 wisudawan dari program D3, sarjana, doktor, dan magister.

UMJ yang didirikan pada 18 November 1955 menjadi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) tertua di Indonesia dan merupakan cikal bakal lahirnya PTM lain yang kini mencapai 169 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Persyarikatan Muhammadiyah juga menjadi organisasi kemasyarakatan di dunia yang memiliki lembaga pendidikan terbanyak, mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi.

Dalam usia yang lebih dari setengah abad itu, UMJ telah melahirkan tidak kurang dari 50.000 alumni yang tersebar dan berkiprah dalam berbagai bidang dalam rangka berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara.

Tantangan global perubahan

Rektor UMJ Prof Syaiful Bakhri dalam sambutannya menyampaikan, dunia pendidikan tinggi dihadapkan pada tantangan era baru, yakni dunia yang berubah begitu cepat.

Baca juga: Kompetisi Robotik Madrasah 2019 dan Pembuktian Madrasah Melek Teknologi

Perubahan ini, menurut dia, turut mengubah paradigma dunia pendidikan dengan mulai meninggalkan metode konvensional menuju era pendidikan baru yang mengombinasikan kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi.

"Kondisi ini menumbuhkan atmosfer persaingan semakin ketat dan semakin kompleks dalam skala lokal, regional, bahkan global," ujar Prof Syaiful.

Prof Syaiful menambahkan, "Era yang disebut sebagai era globalisasi ditandai dengan pola pikir modern, dengan unsur-unsur siap berubah, kreatif, inovatif, dan open minded merupakan sebuah keniscayaan menjadi perhatian UMJ," tegas Syaiful, Guru Besar Ilmu Hukum Pidana.

Hal senada disampaikan oleh Prof Din Syamsuddin, tokoh Muhammadiyah sekaligus Badan Pembina Harian UMJ.

"Lulusan UMJ harus mengantisipasi perubahan dengan melanjutkan studi ke jenjang S2 dan S3 karena dunia membutuhkan SDM berkualitas untuk menghadapi perubahan pada masa-masa mendatang," ujarnya.

Pendidikan cegah ekstremisme 

Dalam kesempatan wisuda dan dies natalis UMJ, Director of Centre for Trust, Peace and Social Relations Universitas Coventry Inggris, Prof Mike Hardy, memberikan orasi ilmiah dengan mengangkat tema “Educating for the Middle Way: Social Capital for Peaceful Relations”.

Mike Hardy merupakan peneliti keislaman di Indonesia dan memiliki hubungan baik dengan Muhammadiyah dan beberapa organisasi Islam di Indonesia.

Dalam orasinya, Mike Hardy menyatakan bahwa lembaga pendidikan, baik sekolah maupun perguruan tinggi, memiliki peran penting mengatasi berbagai permasalahan global, termasuk bahaya ekstremisme.

“Dalam tantangan terhadap semua bentuk ekstremisme keras atas nama agama, kepercayaan, atau ideologi, lembaga pendidikan sering kali ditugaskan untuk memainkan peran penting," ujar Prof Hardy.

Prof Hardy menegaskan, "Secara global, peran lembaga pendidikan atau perguruan tinggi diharapkan dapat mencegah atau mengatasi ekstremisme.”

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau