Kita hanya butuh sedikit diingatkan, siapa kita saat negeri ini dilahirkan, dan untuk menjadi apa kita kelak saat negeri ini membutuhkan campur tangan dan peran kita.
Lee Iacocca yang saya ceritakan tadi sudah wafat bulan Juni lalu. Bagi saya, kekayaannya yang paling besar diwariskan kepada anak-anak jaman ini adalah sentimentalismenya, “the pride is back”.
Donald Trump menterjemahkannya untuk memenangkan pemilu, sementara Steve Jobs mengkapitalisasi memori indah masa Apple dipimpinnya di tahun 1980-an untuk memenangkan pengaruh saat kembali memimpin Apple hingga menjadi raksasa Silicon Valley.
Dan bangsa ini? Sentimentalisme seperti apa yang kita ingin bangkitkan kembali? Kita hanya bisa berefleksi. Seperti kata Cicero, “dum spiro, spero”.
Semper Fi!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.