Nadiem Sebut Program Merdeka Belajar Sangat Berkaitan dengan Guru

Kompas.com - 15/12/2019, 10:48 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyebutkan sebagian besar kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ke depan akan berkaitan dengan guru.

Hal itu ia sampaikan dalam pemaparan empat pokok kebijakan program Merdeka Belajar kepada Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada Rapat Kerja dengan Komisi X, Kamis (12/12/19).

"Kita tidak mungkin meningkatkan kapasitas guru kalau guru masih terbelenggu dengan hal-hal administratif yang menyita waktu dan yang tidak berhubungan langsung dengan pembelajaran," kata Nadiem dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Nadiem menyebutkan bahwa ujian sekolah dengan format baru yang menggantikan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) esensinya adalah mengembalikan kedaulatan guru dan sekolah untuk memberikan penilaian kepada peserta didiknya.

Soal format baru UN

"Kurikulum 2013 itu standar nasional. Bagaimana penilaian dan bentuk soalnya bentuk tesnya itu yang seharusnya menjadi kedaulatan sekolah," ujar Nadiem.

Nadiem meminta agar anggota legislatif dan masyarakat pada umumnya tidak meremehkan kemampuan guru. Dalam kebebasan yang diberikan juga terkandung tanggung jawab pendidik.

Baca juga: Mendikbud Nadiem: Dunia Tidak Butuh Anak Jago Menghafal

"Dengan demikian rasa tanggung jawab dan ownership -nya meningkat. Sehingga ia (guru), akan terus mencari cara untuk menjadikan lebih baik," ujar Nadiem.

Terkait penggantian ujian nasional dengan asesmen kompetensi minimal dan survei karakter, Nadiem memastikan hal tersebut telah dikaji dengan saksama.

Tiga materi utama yang diberikan dalam asesmen kompetensi minimal dan survei karakter, yakni penalaran menggunakan bahasa (literasi), matematika (numerasi), dan karakter telah mencakup kompetensi dasar yang juga berlaku secara internasional.

"Ini merupakan suatu kompetensi fundamental yang kita pilih. Ini merupakan kompetensi inti untuk belajar apapun," kata Mendikbud Nadiem.

Sementara di dalam survei karakter, Nadiem meyakinkan survei tersebut tidak akan berupa tes hafalan tentang sila-sila Pancasila. Namun, dibuat dengan format sederhana dan fokus untuk mengetahui seberapa besar nilai-nilai Pancasila telah mengakar pada diri para siswa.

Nadiem mencontohkan seperti pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai gotong royong, keadilan, ataupun toleransi. Melalui survei ini, Kemendikbud juga berharap dapat menemukan kondisi kesejahteraan (well being) para siswa.

Halaman:


komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau