Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Medan Dukung Merdeka Belajar, Literasi Siswa jadi Tantangan Utama

Kompas.com - 31/12/2019, 15:43 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Program Merdeka Belajar yang diluncurkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mendapat tanggapan positif Pemerintah Kota (Pemko Medan). Pemko meluncurkan portal https://medanmerdekabelajar.com.

Portal Merdeka Belajar di Medan ini menghadirkan pembelajaran aktif (active learning) di kelas-kelas, mendorong kebijakan sekolah yang inovatif, penguatan literasi, budaya bersih dan pendidikan karakter.

Semua implementasi Merdeka Belajar di sekolah akan dipublikasikan melalui situs ini.

"Situs ini akan menjadi media belajar bagi seluruh kepala sekolah, pengawas dan guru," ujar Masrul Badri Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Medan.

Situs ini diluncurkan Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Medan, Akhyar Nasution dalam acara Sarasehan Medan Merdeka Belajar di Aula Yayasan Pendidikan Harapan, Sabtu (28/12/2019).

Hadirkan pembelajaran bermutu

Sarasehan ini digelar untuk menyusun implementasi Merdeka Belajar di seluruh SD dan SMP di Medan. Lebih lanjut Masrul mengatakan ruh utama gerakan Merdeka Belajar di Medan adalah menghadirkan pembelajaran yang bermutu di kelas.

Baca juga: Dukung Merdeka Belajar, Sekolah di Bali Ini Siap Berbagi Praktik Baik Pendidikan

 

Di SD menerapkan Pembelajaran Aktif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dan di SMP menerapkan Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan model pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif.

"Anak-anak akan belajar memecahkan masalah, bebas mengutarakan pendapatnya, mampu berkolaborasi dan memiliki karakter," ujar Akhyar Nasution.

Selain pembelajaran, website ini juga memuat praktik baik dari kebijaksanaan sekolah. Segala terobosan sekolah yang inovatif akan dipublikasikan, sehingga bisa menginspirasi sekolah-sekolah lain.

"Selain alat berbagi, website ini juga kami gunakan sebagai alat monitoring. Kami bisa tahu apa dilakukan sekolah dengan cepat," tegasnya.

Literasi sebagai pondasi

Provincial Communication Officer Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) Kalimantan Utara, Erix Hutasoit yang diundang sebagai narasumber, mengatakan Gerakan Merdeka Belajar harus dibangun diatas pondasi kuat.

Erix menegaskan anak-anak perlu memiliki keterampilan membaca agar bisa belajar maksimal.

Secara sederhana, seorang anak disebut terampil membaca apalagi mampu membaca teks, memahami maknanya dan mampu mengkomunikasikan isi bacaan itu dengan pikiran dan kata-kata seperti.

"Jika salah satu dari tiga komponen ini tidak terpenuhi, anak masih belum terampil membaca," tambahannya.

Selanjutnya Erix mendapatkan agar anak benar-benar Merdeka Belajar maka mereka sudah harus bisa membaca di kelas 3 SD.

Tantangan literasi siswa

Namun hasil Assessment Kompetisi Siswa Indonesia (AKSI) Kemendikbud 2016, menemukan 47 persen siswa kelas 4 SD di Indonesia tidak terampil membaca. Di Sumatera Utara bahkan lebih dari 49 persen siswa yang tidak terampil membaca.

"Karena membaca merupakan alat untuk belajar, maka pemerintah daerah harus benar-benar menuntaskan pencapaian kompetensi literasi dasar sebelum anak mulai belajar mata pelajaran di kelas 4 SD," tegasnya.

Erix mengusulkan pemda menjalankan tiga strategi agar anak tuntas kompetisi dasar. Ketiga strategi itu meliputi mengubah cara mengajar guru melalui pelatihan, peningkatan budaya baca, dan memberikan layanan khusus kepada anak yang lamban membaca.

lebih lanjut Erix mengatakan, ketiga strategi ini sudah diujicobakan di Kaltara dan efektif meningkatan keterampilan membaca anak.

Terkait kemampuan numerasi

Provincial Communication Officer INOVASI Kaltara, Erix Hutasoit mempresentasikan penting keterampilan membaca sebagai pondasi Merdeka Belajar.DOK. DINAS PENDIDIKAN KOTA MEDAN Provincial Communication Officer INOVASI Kaltara, Erix Hutasoit mempresentasikan penting keterampilan membaca sebagai pondasi Merdeka Belajar.

Hasil pengukuran akhir sekolah pilot program INOVASI, menunjukkan siswa kelas 4 SD di Kaltara yang lulus test literasi dasar juga menunjukkan peningkatan kemampuan menjawab soal-soal yang mengandung HOTS (High Order Thinking Skill).

Pada test pemahaman membaca misalnya, terjadi peningkatan skor dari 47.4 di survai awal (2017/2018) menjadi 70,4 pada survai akhir (2019). Begitu juga pada test pemahaman numerasi (matematika) terjadi kenaikan skor.

Dari 49.5 di survai awal, menjadi 80.7 di survai akhir. Bahkan jika skor Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) ditetapkan menjadi 60 dan 65, maka 100 persen anak Kaltara lulus test numerasi.

“Ini menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan membaca, juga bisa meningkatkan keterampilan numerasi atau matematika anak,” tutup Erix.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com