KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo di berbagai kesempatan selalu mendorong sektor pariwisata menjadi penghasil devisa terbesar Indonesia menggantikan minyak dan gas bumi (migas).
Indeks daya saing pariwisata Indonesia sendiri naik dari posisi 40 pada tahun 2019 dari sebelumnya peringkat 42 di tahun 2017. Peringkat itu berdasarkan Laporan The Travel & Tourism Competitiveness Report yang dirilis WEF ( World Economic Forum) 2019.
Di dunia, Indonesia berada di peringkat 40 dari 140 negara. Di kawasan Asia Tenggara, indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di peringkat empat.
Namun, pekerjaan rumah Indonesia untuk mengembangkan pariwisata masih panjang. Komunikasi dan branding menjadi salah satu masalah yang harus diselesaikan untuk memajukan sektor pariwisata.
Hal itu diungkapkan oleh Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur, Doddy Wihardi. Sumber daya manusia menjadi salah satu kunci utama untuk mengembangkan pariwisata.
Baca juga: Universitas Budi Luhur Siap Implementasikan Kebijakan Kampus Merdeka
Di Universitas Budi Luhur saat ini memiliki program studi (prodi) Komunikasi Pariwisata. Menurut Doddy, program studi Komunikasi Pariwisata di Universitas Budi Luhur merupakan yang pertama di Indonesia.
"Komunikasi Pariwisata dibuka karena adanya masalah komunikasi dan branding pariwisata. Seperti diketahui, pariwisata penghasil devisa terbesar di Indonesia," kata Doddy saat acara Kampus Merdeka itu Kampus Budi Luhur di Jakarta, Kamis (8/2/2020).
Prodi Komunikasi Pariwisata berada di jenjang Strata Satu (S-1). Lulusan Komunikasi Pariwisata ini dibekali berbagai strategi komunikasi untuk menjadi enterpreneur kreatif yang mampu untuk mengenalkan berbagai keindahan di Indonesia kepada para wisatawan lokal maupun internasional.
Lalu seperti apa prodi Komunikasi Pariwisata? Berikut informasinya seperti dikutip dari website Universitas Budi Luhur.