Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Virus, Mahasiswa UNY Ciptakan Sabun Cuci Tangan dari Daun Jambu Air

Kompas.com - 21/03/2020, 09:35 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Merebaknya virus corona atau Covid-19 di beberapa wilayah di Indonesia, mendorong beberapa mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk menciptakan sabun cuci tangan.

Hal ini tentu sebagai upaya pencegahan virus atau bakteri yang sudah beredar di masyarakat. Jika tak dicegah dengan cuci tangan, maka penyebarannya akan semakin cepat.

Biasanya, penyakit menyerang manusia karena malas mencuci tangan sebelum makan. Cuci tangan menggunakan sabun atau hand wash dapat meminimalisir bakteri yang ada.

Baca juga: Proyek Seru Belajar di Rumah: Belajar Membuat Hand Sanitizer Sendiri

Kini, banyak produk sabun pencuci tangan yang beredar di masyarakat yang mengandung antibakteri berupa senyawa-senyawa.

Senyawa itu tugasnya mampu menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri, terutama bakteri yang memberikan efek negatif bagi kesehatan manusia.

Senyawa yang dapat membunuh bakteri diistilahkan dengan:

  • germisida
  • antiseptik
  • bakteriostatik
  • bakterisida
  • disinfektan

Teliti daun jambu air

Karena itu, sekelompok mahasiswa FMIPA UNY coba meneliti daun jambu air dengan nanopartikel perak untuk dibuat sabun pencuci tangan.

Tim peneliti ini ialah Laatifah dari Prodi Fisika, Dian Saputra Prodi Pendidikan Biologi dan Ulfa Fitri Rohmatin dari Prodi Kimia.

Dipilihnya bahan jambu air, menurut Laatifah karena mengandung beberapa senyawa aktif berupa flavonoid, saponin, alkaloid dan triterpenoid. Salah satu dari senyawa tersebut yakni senyawa saponin memiliki manfaat sebagai pembersih atau antiseptik.

"Daun jambu air dikenal sebagai salah satu obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa infeksi akibat antigen berupa bakteri," ujar Laatifah seperti dikutip dari laman resmi UNY, Kamis (19/3/2020).

Dengan nanopartikel perak

Dian Saputra menambahkan bahwa nanopartikel perak umumnya digunakan karena salah satu sifatnya yang bertoksik rendah.

Dikatakan, ion perak bersifat netral dalam air, tahan asam, garam, dan berbasa lemah. umumnya digunakan karena salah satu sifatnya yang bertoksik rendah.

Ion perak bersifat netral dalam air, tahan asam, garam, dan berbasa lemah. "Nanopartikel sendiri memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai pectrom, katalis, zat pelapis permukaan, dan antibakteri," katanya.

Baca juga: Peneliti Unpad Kembangkan Hand Sanitizer dengan Formula Potensial

Dibuat beberapa tahap

Sementara Ulfa Fitri Rohmatin menjelaskan, pembuatan sabun cuci tangan dari daun jambu air melalui beberapa tahap.

Pembuatan hand wash daun syzigium aqueum menggunakan basa KOH, Gliserin dan minyak VCO.

Pemilihan KOH sebagai bahan pembuatan sabun karena jika digunakan untuk hand wash atau sabun pencuci tangan maka KOH lebih mudah larut dibanding dengan NaOH.

Alasan penggunaan VCO sebagai bahan dasar pembuatan sabun karena VCO merupakan minyak yang paling kaya dengan kandungan asam lemak yang menguntungkan kulit dibandingkan dengan minyak lainnya. Warna VCO yang bening dan jernih juga mudah larut dalam air.

Penambahan gliserin pada sabun berfungsi sebagai pelembut. Penggunaan gliserin pada pembuatan hand wash dikarenakan gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak.

Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi atmosfer sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau