KOMPAS.com - Wabah pandemi corona membuat sejumlah kalangan termasuk orangtua stres. Orangtua mesti turut memikirkan keselamatan dan kesehatan keluarga, serta memastikan pembelajaran anak di rumah tetap berjalan.
Kepala Bagian Perkembangan Anak, Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Dr Dwi Hastuti mengatakan, stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, adanya hambatan-hambatan yang sangat penting yang dapat memengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang.
Dr Dwi menambahkan, saat ini setiap individu mengalami sumber stres berupa tekanan yang berasal dari lingkungan, berasal dari perasaan cemas, takut, ketidakberdayaan, dan ketidakmampuan berbuat atas adanya pandemi global, yaitu corona.
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mengendalikan stres dari Dr Dwi, dirangkum dari situs web IPB University.
Orangtua harus tetap berpikir jernih, tidak panik atas informasi apa pun yang terkait dengan adanya penyakit ini.
Alasan utamanya adalah kepanikan akan menyebabkan seseorang sulit mencari dan menemukan solusi atau merencanakan sesuatu yang dapat menyelesaikan masalah. Kepanikan kadang akan menularkan kepanikan juga ke sekitarnya.
“Jadi disarankan untuk berpikir lebih dulu, cari informasi dari sumber berita yang dapat dipercaya dan akurat,” ujarnya.
Positive reframing adalah salah satu dimensi coping yang bertujuan untuk mengelola emosi dan mengubah cara berpikir menjadi lebih positif.
Kadangkala mengurangi akses pada berita negatif, berita hoaks atau berita yang menakutkan akan membantu dalam membuat framing positif.
Merancang dan melakukan kegiatan yang dapat menyibukkan orangtua secara positif dan berpikir positif.
“Mungkin membuat daftar kegiatan yang selama ini tidak dapat dilakukan atau tertunda dilakukan. Merancang atau melakukan antisipasi atas risiko yang mungkin terjadi juga mungkin dapat disusun. Misalnya, menyiapkan daftar dan stok belanja pangan dan nonpangan untuk beberapa waktu ke depan, atau mengerjakan bersih-bersih kamar dan lain-lain,” tambahnya.
Cobalah untuk tarik naoas, relaksasi tubuh, berjemur, dan berolahraga ringan sebisa mungkin. Hindari emosi negatif seperti buruk sangka, curiga, dan menyebar informasi buruk yang justru akan memperparah situasi sekitar.
Keluarga adalah yang paling dapat memberikan dukungan baik berupa dukungan keuangan, dukungan keamanan, dukungan emosi, simpati, rasa nyaman, dan terhindar dari rasa takut sendirian, kesepian, dan sebagainya.
Orangtua bisa mencari dukungan, misalnya mencari bantuan nasihat, bantuan atau informasi, baik dari para ahli maupun narasumber yang dapat dipercaya yang dapat membantu dalam menyelesaikan tekanan emosi yang dialami.
Upayakan untuk tidak meminta bantuan kepada orang yang tidak dapat dipercaya karena kerap kali akan menimbulkan masalah baru.
Mengakui bahwa peristiwa pandemik atau apa pun yang terjadi adalah takdir yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Bersikap menerima (acceptance) juga membentuk rasa kepasrahan, yang akan menimbulkan rasa “kecil” kita sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
“Kedekatan kita kepada Allah Yang Maha Esa akan menjadi sumber kekuatan utama di saat perasaan tak berdaya sebagai manusia muncul. Latihlah diri kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Mintalah pertolongan-Nya untuk memberikan rasa pasrah dan ikhlas atas cobaan ini,” tandasnya.
Dr Dwi menambahkan, langkah di atas adalah ikhtiar dan upaya yang dapat dilakukan setiap individu di saat menghadapi tekanan emosi dan stressor apa pun yang dihadapi dalam kehidupan ini.
Terlepas dari semua itu, maka upaya untuk mengatasi masalah stres akan kembali pada diri kita masing-masing. Kedekatan kepada Tuhan adalah langkah paripurna dalam upaya mengendalikan stressor apa pun yang dihadapi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.