Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaringan Pegiat Literasi Digital Lawan Hoaks Corona, Begini Caranya

Kompas.com - 26/03/2020, 14:58 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Di tengah penyebaran virus corona atau Covid-19 di masyarakat, banyak pula muncul informasi tidak benar atau hoaks terkait virus corona.

Tak ingin masyarakat mendapatkan informasi hoaks, Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) bersatu melawan hoaks. Caranya ialah dengan menyarikan dan memproduksi beragam informasi akurat terkait Covid-19 ke dalam bentuk video dan poster edukatif bagi masyarakat.

Adapun komunitas yang sebagian besar anggotanya ialah dosen dari 78 perguruan tinggi di 30 kota di Indonesia tersebut menginisiasi kampanye bertajuk "Lawan Hoaks Covid-19".

Baca juga: Akademisi UGM: Begini Pola Hidup Sehat Lawan Corona, Salah Satunya Makan Kimpul

Dengan 42 bahasa daerah

Tujuannya tak lain ialah untuk mengimbangi banjir hoaks di tengah masyarakat. Hal itu juga sebagai media edukasi yang benar terkait informasi seputar virus corona.

"Selain dengan bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin, kami membuat beragam konten digital 'Jaga diri dan Jaga Keluarga' di dalam 42 bahasa daerah," ujar Dr. Novi Kurnia, Koordinator Japelidi dikutip dari laman resmi Universitas Gadjah Mada (UGM) Kamis (26/3/2020).

Agar penyebaran konten berbahasa daerah itu bisa menyebar luas, maka pihaknya bekerjasama dengan berbagai pihak.

Antara lain Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), dan Komunitas "Berbeda Itu Biasa".

Untuk penyebaran konten dilakukan melalui:

1. akun Instagram (https://www.instagram.com/japelidi/?hl=en)

2. twitter (https://twitter.com/japelidi?lang=en) Japelidi

3. akun media sosial dan grup WhatsApp para anggota Japelidi yang berjumlah 163 orang dengan membagikan poster digital seperti:

  • "Jaga diri dan Jaga Keluarga"
  • "Perlindungan Data Pribadi"
  • "Sumber Informasi Terpercaya"
  • serta videografik tips menemani anak belajar di rumah.

Ditanggapi positif warganet

Menurutnya, tanggapan warganet sangat positif. Misalnya, banyak orang atau komunitas meminta mengirim file untuk mereka cetak sendiri lalu dibagikannya kepada warga berusia lanjut di sekitar mereka.

"Bahkan ada yang membuatnya menjadi spanduk. Memang banyak orang tidak mengakses jejaring sosial sehingga akses informasi mereka pun terbatas," ujar Dr Novi yang juga Ketua Program Magister Ilmu Komunikasi Fisipol UGM.

Untuk kegiatan luring dilakukan oleh tim Japelidi dan warga dengan membagikan selebaran, poster, dan spanduk di tempat-tempat strategis di banyak daerah.

Baca juga: Akademisi ITB: Penyembuhan Corona Butuh Penelitian Lanjutan dari Kunyit dan Temulawak

Seperti Jakarta, Yogyakarta, Bali, Salatiga, Semarang, Lamongan, Malang, Bandung, Ponorogo, Depok, Surabaya, Sukabumi, Blora, Grobogan, Bogor, Banjarmasin, Kulonprogo, Gresik, Tegal, Wonogiri, Cilacap, Magelang, NTT, Kutai, NTB, Timika, Kab. Semarang, Lombok Timur, Lampung, dan Samarinda.

"Cakupan wilayah ini masih akan terus bertambah seiring bertambahnya dukungan warga," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com